6 Mantra Pemanggil Hujan Terpopuler, Pernah Coba?

6 Mantra Pemanggil Hujan Terpopuler, Pernah Coba?
Potret hujan mengguyur rumah (Pexels el jusuf)

Ketikmedia.com – Apakah kamu sudah mengetahui bahwa ada beberapa mantra pemanggil hujan yang masyarakat Indonesia percayai? Jika belum, cek beberapa mantranya di artikel ini supaya mengetahui berapa beragamnya Indonesia.

Mantra-mantra ini merupakan sarana komunikasi spiritual yang masyarakat lokal percayai sebagai cara efektif untuk memohon berkah hujan, terutama saat musim kemarau panjang melanda.

Apa Saja Mantra Pemanggil Hujan?

Di Indonesia, memohon datangnya hujan bukan hanya urusan sains dan meteorologi. Ada tradisi lisan dan ritual adat yang telah diwariskan turun-temurun. Ritual-ritual ini seringkali melibatkan pembacaan mantra pemanggil hujan deras.

Mantra tersebut merupakan bagian dari kearifan lokal. Masyarakat prcaya matra sebagai sarana komunikasi spiritual dengan alam. Masyarakat percaya bahwa dengan melafalkan mantra ini, mereka dapat memohon berkah berupa turunnya air dari langit.

Perlu kamu ketahui, setiap daerah di Indonesia memiliki mantra dan ritual yang berbeda. Perbedaan itu mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Matra-matra tersebut biasanya diucapkan oleh tokoh adat atau sesepuh desa, mereka dianggap memiliki kemampuan spiritual khusus.

1. Mantra Demmong

Yang pertama, ada mantra pemanggil hujan jawa, yakni mantra demmong. Mantra Demmong adalah salah satu tradisi unik yang berasal dari Situbondo, Jawa Timur. Mantra ini diucapkan sebagai bagian dari ritual memohon hujan.

Ritual tersebut masyarakat lakukan saat musim kemarau panjang melanda. Masyarakat Situbondo meyakini kekuatan mantra ini. Mereka percaya mantra ini dapat memecah gumpalan awan yang akan mendatangkan hujan.

Ritual Demmong biasanya dilakukan di tempat terbuka. Tempatnya bisa berupa tanah lapang atau sawah yang kering. Pemimpin ritual akan melafalkan mantra ini dengan khidmat.

Baca Juga:  Banjir di Barru: 7 Kecamatan Terdampak, Air Mulai Surut

Pelafalan ini diiringi dengan beberapa sesajen. Proses ini menunjukkan adanya permohonan tulus. Permohonan agar hujan segera turun dan membasahi bumi.

Berikut adalah bunyi Mantra Demmong yang masyarakat setempat yakini:

Ta’ demmong, Gerdem, kartem

E… minannaren… e… minannaren…e…minannaren…

Pateppa’aghi cacca’anna

2. Mantra Cingcowong

Selanjutnya, ada mantra cingcowong. Yang satu ini merupakan bagian dari ritual memanggil hujan di Jawa Barat. Ritual ini sangat populer di daerah Kuningan. Tradisi Cingcowong ini melibatkan boneka.

Boneka tersebut terbuat dari batok kelapa dan bambu. Boneka ini akan diarak keliling desa. Ritual ini adalah perpaduan seni dan spiritual.

Asal-usul Cingcowong terkait dengan mitos lokal. Mitos yang menyebutkan adanya penghuni langit. Penghuni langit itu bertugas mengatur hujan.

Boneka Cingcowong dipercaya sebagai perantara. Boneka itu menjadi sarana untuk berkomunikasi dengan dewi hujan.

Adapun bunyi mantra cingcowong yang masyarakat percayai sebagai berikut:

Cingcowong-cingcowong, bil guna bil lembayu, shalala lala lenggut, lenggute anggedani, aya panganten anyar, aya panganten anyar, lili lili pring, denok simpring ngaliro,mas borojol gedog, mas borojol gedog, lilir guling gulinge sukma katon gelang-gelang layone, layoni putra maukung, maukung mangundang dewa, anging dewa anging sukma, bidadari lagi teka, bidadari lagi teka. Kami junjang kami loko, pajulo-julo temu bumiring mandiloko. Hujan, hujan, hujan

3. Mantra Tembang Pamoji

Lalu, ada lagi mantra pemanggil hujan Jawa, yakni mantra tembang pamoji. Mantra ini adalah bagian dari tradisi di Situbondo. Mantra ini digunakan bersamaan dengan ritual lain, ritualnya adalah Gebug Lawu atau Gebug Lawu Bromo.

Tembang Pamoji berarti nyanyian pujian. Mantra ini berisi pujian kepada Yang Maha Kuasa. Ini adalah bentuk permohonan yang penuh rasa hormat.

Tradisi tembang pamoji ini masyarakat lakukan dengan hati yang tulus. Tujuannya adalah memohon hujan segera turun.

Baca Juga:  Ritual Kuluk Kuluk: Cara Memanggil Hujan Secara Adat

Mantra ini dilantunkan secara berulang-ulang. Pelantunan ini menciptakan suasana khusyuk. Masyarakat percaya bahwa pujian tulus akan mendatangkan berkah hujan.

Berikut adalah bunyi Mantra Tembang Pamoji yang masyarakat percayai:

Tembang pamoji kaule, Pamojina socce kalaben ate se pote

Kaangghuy ngadep ajunan Gusti, Moge-moge karadduwe parnyo’onan banpartobeden

Son nak poto abibiden Nabi Adam, Wekasane Nabi Muhammad

Sengkok jenneng Alif, Alif igu popocogi

Sang pangocap sapa liwepa, Sengko’ makhlukka Allah

Mandhi… mandhi… mandhi…

Diye… Tekka… tekka… tekka… Diye…

Sendhit Jibril… sakeng Malaekat

Ondem dateng… Ondem dateng… Ondemdateng… Mon geggere… Mon geggere…

Amin… amin… amin…

Lailahaillallah Muhammadurrasulullah, Dangdangkep sere kakep

Mon majid mara ngocap, Mon manossa mara nyanggigep

Somor bandung talage petteng, Sabuhoni moge ondem

Petteng dateng, Malaekat papat tekka dateng, Saksena para wali

Wawalina Nabi Muhammad, Lailahaillallah Muhammadurrasulullah

4. Mantra Nerang Ujan

Selanjutnya, ada mantra pemanggil hujan Bali, yakni nerang ujan. Perlu kamu ketahui bahwa nerang ujan merupakan ritual yang berasal dari Bali. Mantra ini memiliki tujuan yang spesifik, yakni mengendalikan hujan.

Mantra ini tidak hanya untuk memanggil hujan. Tapi juga untuk menghentikan atau memindahkan hujan. Tradisi ini tercatat dalam lontar kuno, yang memuat petunjuk ritual.

Mantra pemanggil hujan Bali tersebut sangat penting. Mantra ini adalah warisan spiritual yang dijaga. Mereka percaya mantra ini adalah jembatan komunikasi dengan alam dan dewa-dewa.

Perlu jadi perhatian, bunyi mantra ini bervariasi tergantung tujuan ritualnya. Umumnya, mantra ini tidak tercantum secara gamblang dalam sumber terbuka karena sifatnya yang sakral.

5. Mantra Esmo Kerem

Kemudian, ada mantra esmo kerem. Mantra ini adalah ritual yang juga berasal dari Situbondo. Sama seperti mantra lainnya, ritual ini bertujuan memanggil hujan.

Baca Juga:  La Nina Adalah Beserta Prediksi Kemunculannya

Mantra esmo kerem ini menjadi salah satu dari empat tradisi hujan di wilayah tersebut. Masyarakat percaya bahwa mantra ini punya kekuatan khusus.

Ritual Esmo Kerem biasanya masyarakat lokal lakukan dengan tata cara tertentu. Ritual ini melibatkan persembahan sesajen. Persembahan ini berada di tempat-tempat yang masyarakat anggap sakral.

Mantra ini masyarakat lafalkan dengan penuh keyakinan. Tujuannya untuk membujuk alam. Mereka membujuk alam agar bersedia menurunkan air.

Adapun bunyi Mantra esmo kerem yang masyarakat gunakan sebagai berikut:

Esmo kerem, Sang belujhi… Sang belujhi… Sang bidedderi pote

Aeng mata mondung nyapcap lekko, Ghembheng arjhun arjhuna, Asompenga asompeng

Ngarjhuk langngik manangis ondhem… dem… dem… dem…

6. Mantra Kuluk Kuluk

Lalu yang terakhir ada mantra pemanggil hujan kuluk kuluk. Mantra kuluk kuluk ini terkenal luas di Kalimantan. Ini adalah ritual yang unik dan sederhana.

Ritual ini hanya melibatkan teriakan serentak. Teriakan ini masyarakat yakini memiliki kekuatan spiritual. Ritual ini masyarakat lokal lakukan sebagai upaya kolektif, tujuannya adalah memohon hujan saat kekeringan.

Ritual kuluk kuluk masyarakat setempat percayai sebagai panggilan kepada penjaga langit. Teriakan tersebut adalah bentuk permohonan yang mendesak. Meskipun sederhana, ritual ini memiliki dampak psikologis, yakni memperkuat rasa kebersamaan.

Berikut adalah bunyi mantra kuluk kuluk yang masyarakat percayai:

Kuluk! Kuluk! Kuluk! (Teriakan serentak dengan nada khas)

Penutup

Demikian ulasan terkai beberapa mantra pemanggil hujan deras yang masyarakat percayai di beberapa wilayah Indonesia. Mulai dari Mantra Demmong di Situbondo, Cingcowong di Kuningan yang menggunakan boneka, hingga ritual Nerang Ujan di Bali, semuanya menunjukkan penghormatan dan keyakinan masyarakat terhadap kekuatan alam.

Dengan mengetahui beberapa mantra pemanggil hujan tersebut, harapannya kamu bisa lebih menghormati dalam menyikapi setiap kepercayaan di Indonesia.