Desa Wisata Penglipuran Bali, Surga Adat yang Mendunia

Desa Wisata Penglipuran Bali, Warisan Adat & Budaya Hidup

Ketikmedia.com – Desa wisata Penglipuran Bali bukan sekadar destinasi cantik yang viral di media sosial. Desa adat ini sudah sejak lama menjadi simbol kearifan lokal dan pelestarian lingkungan. Letaknya di Kabupaten Bangli, Bali, dan dikenal luas karena kebersihannya yang diakui UNESCO, serta keunikan budaya yang masih terjaga kuat.

Artikel ini disusun oleh Ketikmedia.com sebagai panduan awal bagi Anda yang ingin mengenal lebih dekat kehidupan adat dan nilai-nilai spiritual masyarakat Bali, yang diakui UNESCO, serta keunikan budaya yang masih terjaga kuat.

Bagi Anda yang mencari pengalaman wisata yang lebih dari sekadar pemandangan, tempat ini wajib masuk daftar kunjungan.

Asal Usul dan Filosofi Adat Penglipuran

Sebelum menjadi ikon desa wisata, Penglipuran menyimpan sejarah panjang yang sarat makna. Filosofi hidup warga desa menjadi pondasi kuat yang tak lekang oleh waktu.

Baca Juga: 10 Desa Wisata Bali Terbaik untuk Liburan Budaya & Alam

1. Sejarah Singkat

Nama “Penglipuran” berasal dari kata “pengeling” dan “pura” yang berarti tempat suci untuk mengenang leluhur. Warga lokal percaya bahwa keberadaan desa ini merupakan warisan dari masa kerajaan Bangli. Filosofi yang dipegang kuat adalah Tri Hita Karana, harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Inilah yang membuat desa ini terasa sakral sekaligus menenangkan.

2. Pengakuan & Penghargaan

Pada 1995, Desa Penglipuran menerima penghargaan Kalpataru karena keberhasilannya menjaga kelestarian lingkungan. Tak hanya itu, desa ini juga dinobatkan sebagai desa adat terbersih ketiga di dunia oleh Green Destinations Foundation. Sebuah pencapaian luar biasa yang menjadikan Penglipuran ikon wisata budaya dan ekowisata di Indonesia.

Daya Tarik Wisata yang Membuat Takjub

Keunikan Penglipuran tak hanya soal kebersihannya, tapi juga pesonanya yang memanjakan mata dan jiwa. Setiap sudut desa menyimpan cerita yang patut disimak.

1. Arsitektur & Tata Desa

Satu hal yang mencolok saat Anda masuk ke Penglipuran adalah tata letak rumah yang seragam. Semua rumah menghadap ke arah yang sama, dengan halaman bersih tanpa pagar. Jalan desa tersusun rapi dari batu, dikelilingi tanaman hias yang memperindah suasana. Struktur rumah tradisional Bali tetap dipertahankan dan diwariskan turun-temurun.

Seorang tokoh adat setempat, Made Suarta, mengatakan, “Kami tidak hanya menjaga bentuk rumah, tapi juga menjaga nilai-nilai yang menyatukan kami sebagai satu desa.”

2. Aktivitas Budaya & Adat

Setiap tahun, desa ini menggelar upacara Ngusaba Paruman yang melibatkan seluruh masyarakat. Tarian sakral seperti Baris Gede dan Rejang Dewa juga masih rutin dipentaskan. Selain itu, pengunjung bisa mengikuti kelas membuat canang (sesajen Bali) atau melihat langsung proses pembuatan kain tenun tradisional.

Bagi Anda yang menyukai suasana spiritual dan tenang, suasana di Penglipuran akan terasa seperti kembali ke masa lampau, saat semuanya berjalan lebih damai dan selaras dengan alam.

Fasilitas, Harga Tiket Masuk dan Jam Buka

Agar kunjungan Anda ke Penglipuran semakin nyaman, penting untuk mengetahui informasi praktis seperti harga tiket, jam operasional, dan fasilitas umum yang tersedia.

Berikut informasi penting bagi Anda yang ingin berkunjung:

  • Harga Tiket Masuk: Rp15.000 (dewasa), Rp10.000 (anak)
  • Jam Operasional: 08.00 – 18.00 WITA setiap hari
  • Fasilitas:
    • Area parkir yang luas
    • Toilet umum bersih
    • Pusat informasi wisata
    • Warung makan tradisional
    • Sewa pakaian adat untuk foto
    • Akses jalan bagi penyandang disabilitas

Semua fasilitas dikelola oleh warga lokal, bagian dari komitmen desa dalam membangun ekonomi berbasis pariwisata berkelanjutan.

Akses dan Lokasi Desa Penglipuran

Banyak wisatawan dengan mudah menjangkau desa ini dari berbagai kota di Bali. Mereka menikmati perjalanan yang menyenangkan, ditemani pemandangan hijau yang memanjakan mata.

Lokasinya berada di Jl. Penglipuran, Lingkungan Penglipuran, Desa Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80611, Indonesia.

Berikut panduan lengkap menuju lokasi. dari berbagai kota di Bali, desa ini menawarkan perjalanan yang menyenangkan dan penuh pemandangan hijau. Berikut panduan lengkap menuju lokasi.

1. Jarak & Rute

Desa ini terletak sekitar 6 km dari Kota Bangli dan 45 km dari Denpasar. Jika Anda berangkat dari Bandara Ngurah Rai, perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan pribadi atau sewa mobil.

2. Kondisi Jalan & Tips Transportasi

Pengunjung dapat menempuh jalan menuju desa dengan nyaman karena jalurnya sangat baik dan mulus. Mereka bisa menggunakan motor, mobil kecil, hingga minibus tanpa kendala. Rambu penunjuk jalan tersedia di sepanjang rute utama, namun banyak wisatawan tetap memilih menggunakan aplikasi navigasi agar lebih mudah dan cepat sampai tujuan.

5 Fakta Unik Penglipuran

Setiap keunikan berikut ini bukan sekadar ciri khas, melainkan cerminan hidup aktif masyarakat Desa Penglipuran yang mempertahankan warisan dan nilai-nilai lokal di tengah perubahan zaman.

1. Tidak ada rumah berpagar

Setiap rumah di Penglipuran tidak menggunakan pagar—mengganti batas properti dengan angkul-angkul (gerbang tradisional). Ini bukan hanya estetika, tapi cerminan nilai masyarakat yang terbuka dan saling percaya. Warga menganggap lokasi rumah sebagai ruang publik, mendorong interaksi antar tetangga dan transparansi sosial.

2. Bambu sebagai bahan utama bangunan

Warga Penglipuran secara aktif membangun rumah dan fasilitas desa menggunakan bambu berkualitas tinggi yang mereka warisi dari leluhur. Mereka merawat hutan bambu seluas sekitar 45 hektar dan memanfaatkannya secara berkelanjutan, mulai dari bahan bangunan rumah, dapur (pawon), hingga balai banjar. Mereka memilih bambu bukan hanya karena kekuatannya, tetapi juga karena bambu mencerminkan filosofi harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan sebagaimana diajarkan dalam Tri Hita Karana.

3. Sampah dipilah

Warga Penglipuran secara aktif memilah sampah langsung dari rumah masing-masing. Mereka mengumpulkan plastik untuk bank sampah dan mengolah sampah organik menjadi kompos atau pupuk cair. Tradisi ini sudah mereka jalankan jauh sebelum ada regulasi pemerintah, sebagai bentuk nyata komitmen mereka terhadap kebersihan lingkungan dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

4. Upacara adat

Masyarakat desa menjalankan upacara Ngusaba Paruman dan ritual adat lainnya sesuai kalender Bali—terutama saat bulan purnama. Tradisi ini memperkuat nilai spiritual dan komunitas, sekaligus mempertahankan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

5. Penduduk tidak diperbolehkan menjual lahan ke luar desa

Untuk menjaga keberlanjutan budaya dan sosial, warga tidak diizinkan menjual tanah ke pihak luar. Kebijakan adat ini memastikan desa tetap milik komunitas lokal dan tidak tergerus oleh komersialisasi berlebihan, sehingga keaslian dan identitas budaya tetap terjaga.

Baca Juga: 10 Wisata Pantai di Bali Tersembunyi yang Wajib Anda Kunjungi

Tips Berkunjung ke Desa Penglipuran

Sebelum datang ke desa ini, ada baiknya Anda mempersiapkan diri. Tips berikut akan membantu Anda menikmati kunjungan dengan lebih maksimal dan menghormati budaya lokal.

  • Gunakan pakaian sopan dan nyaman
  • Jangan membuang sampah sembarangan—desa ini bebas plastik
  • Hormati aturan adat, terutama saat upacara berlangsung
  • Bawa kamera untuk dokumentasi suasana otentik
  • Luangkan waktu minimal 2 jam untuk eksplorasi
  • Jangan ragu menyapa warga—mereka sangat ramah

Kesimpulan

Desa wisata Penglipuran Bali bukan hanya destinasi, tapi juga pelajaran hidup. Anda akan pulang dengan lebih dari sekadar foto, pengalaman budaya, kedamaian batin, dan inspirasi tentang hidup harmonis.

Jika Anda mencari tempat wisata di Bali yang ramah lingkungan, penuh budaya, dan cocok untuk semua usia, maka inilah tempatnya.

Yuk, rencanakan kunjungan Anda ke Desa Wisata Penglipuran Bali sekarang dan jadilah bagian dari pelestarian warisan adat Indonesia!