Gunung Buntu Karua, terkenal dengan nama Gunung Delapan, adalah permata tersembunyi yang berada di pedalaman Tana Toraja, tepatnya di Desa Balla, Kecamatan Bituang, Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Memiliki ketinggian 2763 meter di atas permukaan laut. Gunung ini menawarkan tantangan sekaligus keindahan yang jarang ditemukan di tempat lain.
Berbeda dari tempat wisata lainnya di Tana Toraja, Gunung Buntu Karua masih jarang dikunjungi oleh pendaki maupun wisatawan dari luar Pulau Sulawesi.
Pendakian menuju puncaknya memerlukan keterampilan khusus dan seringkali bantuan dari warga lokal, menambah sensasi petualangan yang pasti mengesankan.
Keistimewaan Gunung Buntu Karua bisa Anda lihat nanti dengan keindahan alamnya. Sekitar 70 persen hutan di kawasan ini dipenuhi oleh lumut, menciptakan suasana mistis dan alami.
Selain itu, terdapat tugu trianggulasi setinggi satu meter yang dibangun oleh Belanda, menambah nilai sejarah dan keunikan gunung ini.
Pesona Gunung Buntu Karua Simpa Fakta Mengejutkan
Banyak hal menarik yang bisa ditemukan di Gunung Buntu Karua. Ada beberapa fakta menarik yang bisa Anda temukan saat menjelajahi keindahan alam satu ini.
1. Misteri Gunung Delapan
Menurut berbagai sumber, Gunung Buntu Karua diduga merupakan gunung berapi yang masih aktif. Aroma khas belerang yang tercium saat mendaki menjadi indikasi kuat akan hal ini.
Legenda setempat menceritakan bahwa dulunya gunung ini adalah sebuah gunung besar yang meletus, menciptakan delapan puncak kecil dari letusan tersebut.
2. Sepi dari Hiruk-Pikuk Pendaki
Ternyata gunung satu ini belum banyak pendaki atau wisatawan yang kes ini. Perjalanan menuju puncaknya bisa dimulai dari kota Makale, dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Kesunyian dan kelestarian alam di sini menjadikan pendakian terasa lebih intim dan personal.
Petualangan dimulai dari kota Palopo menuju Kabupaten Tana Toraja, Kecamatan Bituang, Desa Balla. Meski perjalanan dari Palopo hingga memasuki Desa Balla relatif mulus dengan jalan beraspal, akses menuju desa tersebut berubah drastis menjadi jalur berbatu besar dan sangat menanjak.
Jalur ini menguji kemampuan mesin kendaraan dan ketangguhan pengendara, dengan cerita para tim ekspedisi yang pernah ke sana menyebutkan waktu tempuh sekitar empat jam sebelum tiba di rumah pendeta setempat.
Rumah pendeta ini berfungsi sebagai pos lapor bagi pendaki yang ingin menjelajahi Gunung Buntu Karua. Mayoritas penduduk di Kecamatan Bituang adalah Nasrani, dan keramahan mereka membuat pendaki merasa diterima dan terbantu.
4. Menjelajahi Padang Ilalang dan Hutan Lumut
Pohon pinus berganti dengan pohon palem berduri dan semak belukar, menambah tantangan saat hujan membuat jalur menjadi licin. Dipastikan memiliki pemandangan terbaik dengan padang ilalang yang selalu memberikan kesan tak terlupakan.
5. Tempat Berkemah yang Strategis
Lokasi ini sangat ideal untuk berkemah karena tanahnya yang datar dan sumber air yang melimpah. Bisanya dijadikan tempat beristirahat sebelum melanjutkan pendakian, dengan suasana alam yang tenang dan segar.
Lokasi ini lebih landai namun tetap menantang, terutama karena aktivitas pembabatan hutan oleh warga setempat yang membuat vegetasi di beberapa bagian lebih terbuka. Tempat ini sebagai sumber air terakhir dan lokasi berkemah yang nyaman, mampu menampung hingga tiga tenda ukuran sedang.
Siapkan fisik dan mental Anda untuk menjelajahi wisata yang masih alami dan mencapai puncak Gunung Buntu Karua yang dijamin tidak terlupakan.