Mengenal Green Inflation, Sumber Debat Sengit Gibran vs Mahfud

green inflation

Debat calon wakil presiden yang kedua menjelang Pemilu 2024 telah dilakukan pada hari Minggu, 22 Januari 2024. Pada saat debat berlangsung, ada istilah baru yang menarik perhatian publik, yaitu green inflation yang ditanyakan Gibran kepada Mahfud MD.

Istilah ini mengundang banyak keingin tahuan karena masih belum familiar bagi masyarakat awam. Menariknya, ini bukan pertama kalinya Gibran membawa istilah asing di dalam debat, setelah pada debat pertama dia membawa-bawa SGIE untuk menyerang Cak Imin. 

Gibran: Green Inflation Adalah Inflasi Hijau, Sesimpel Itu

Seperti apa yang tertuang dalam aturan debat cawapres 2024, ketiga calon wakil presiden wajib menjelaskan arti dari suatu istilah atau singkatan. Hal ini agar tidak ada kesalahpahaman, karena bisa jadi ada orang yang belum tahu mengenai istilah tersebut. 

Karena itulah Gibran diminta oleh sang moderator untuk menjelaskan arti istilah green inflation, yang dia tanyakan kepada cawapres nomor urut 03 Mahfud MD. Namun, sang cawapres nomor urut 02 menjawab bahwa ini merupakan langkah yang tidak perlu. 

Sebab menurut Gibran, sebagai profesor harusnya Mahfud sudah tahu bahwa arti dari istilah tersebut sangat simpel, yaitu inflasi hijau.  

“(Istilah) ini gak akan saya jelaskan sebab Pak Mahfud adalah seorang profesor, green inflation adalah inflasi hijau, sesimpel itu (pengertiannya),” jelas Gibran ketika bertanya tentang cara untuk mengatasi inflasi hijau.

Mendengar pertanyaan tersebut, Mahfud pun menjelaskan bahwa inflasi hijau berkaitan erat dengan ekonomi hijau. Ini juga berkaitan dengan ekonomi sirkuler yang memanfaatkan recycle produk pangan sehingga prosesnya tak akan mengganggu ekologi. 

Hanya saja, Gibran terlihat tidak puas dengan jawaban Mahfud. Hal ini terlihat dari bagaimana Gibran bersikap di hadapan Mahfud, seakan-akan sedang mencari sesuatu.

Baca Juga:  Dana Hibah Pilkada 2024 Pemkab Bone Alami Kekurangan

“Saya sedang mencari jawaban dari Profesor Mahfud, kok gak ada?” Ungkap Gibran, berusaha melucu.

Mendengarnya, Mahfud menjawab bahwa ini adalah pertanyaan konyol dan remeh, sehingga memang tidak perlu dijawab.

“Di dalam dunia akademisi, pertanyaan yang seperti ini adalah pertanyaan yang sangat remeh, jadi memang tidak perlu dijawab,” jelas Mahfud MD.

Sikap Gibran Jadi Bumerang, Netizens Berkomentar 

Pasca debat cawapres yang kedua pada hari Minggu malam, reaksi netizens kepada Gibran pun bertambah. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa Gibran terlalu banyak melontarkan istilah asing untuk menjatuhkan lawan-lawan debatnya di podium.

Padahal, seharusnya hal yang ditonjolkan di dalam debat adalah substansi, dan bukan lomba siapa yang paling banyak tahu kata, istilah, dan singkatan asing. Terlebih jika itu adalah terminologi baru yang memang belum banyak orang yang tahu, seperti kata inflasi hijau.

Padahal, arti inflasi hijau yang telah disampaikan oleh Mahfud MD sudah benar. Bahkan, Mahfud juga sudah menjelaskan bahwa solusinya adalah recycle. Jawaban tersebut sudah menjawab pertanyaan Gibran soal cara mengatasi inflasi hijau. 

Hal ini membuat netizens bertanya-tanya tentang apakah Gibran sendiri mengerti apa itu green inflation atau tidak. Terlebih, gayanya terlihat slengean dan terkesan merendahkan dan menghina Mahfud MD ketika pembahasan debat yang satu ini berlangsung.

Arti Inflasi Hijau yang Sebenarnya

Pada dasarnya, inflasi hijau adalah adanya kenaikan harga bahan-bahan baku karena ada transisi ke ekonomi hijau. Hal ini bisa terjadi karena sumber daya manusia dan peralatan teknologi masih belum lengkap untuk menyokong ekonomi hijau secara keseluruhan.

Contoh paling mudahnya adalah BBM yang terbuat dari minyak bumi hasil pengendapan fosil. Hanya saja, karena sumber dayanya terbatas, kini masyarakat mulai beralih ke energi hijau yang lebih terbarukan, misalnya mobil dengan tenaga surya.

Baca Juga:  Hasil Real Count DPRD Tana Toraja, Gerindra Dapat Suara Terbanyak

Sayangnya, ketika masih dalam tahap transisi, jumlah supply akan lebih sedikit dari jumlah demand. Hal ini jelas akan membuat harga bahan baku pembuatan BBM melambung naik. Namun, di saat yang bersamaan, mobil listrik tenaga surya masih belum solid.

Karena teknologinya belum solid, maka kehadiran mobil listrik tenaga surya masih belum sebanyak itu di pasaran. Ini juga menjadi alasan mengapa harga mobil listrik tenaga surya masih sangat mahal. Orang yang paling dirugikan di situasi ini jelas adalah masyarakat.  

Jika menggunakan energi non-terbarukan atau fosil, harganya mahal dan tidak ramah lingkungan. Di sisi lain, memakai energi terbarukan juga belum bisa menjadi pilihan yang paling tepat karena produksinya masih belum solid dan harganya sangat mahal.

Jadi, solusi dari Mahfud MD memang sudah tepat, karena recycle hingga kini masih menjadi pondasi utama untuk mengatasi inflasi hijau, setidaknya hingga masa transisi selesai. Selain itu, kebiasaan reuse dan reduce juga bisa menjadi solusi lainnya.

Pada dasarnya, masalah green inflation memang termasuk masalah yang sangat mendesak dan perlu segera diatasi oleh pemerintah. Selain pemerintah, masyarakat umum pun harus ikut aktif untuk terus menjalankan ekonomi hijau dan ekonomi sirkuler.