Turnamen Taekwondo “Passemba’ Toraya” Jilid 4 akan Diikuti 854 Atlet dari Seluruh Indonesia

passemba' toraya

Ketikmedia.com – Hari ini selasa 19 Desember 2023, adalah momen yang sangat ditunggu oleh pecinta olahraga khususnya dari cabang seni bela diri. Open Turnamen Taekwondo se-Indonesia Passemba’ Toraya Mala’bi’ Cup 2023 akan digelar mulai dari 19 s/d 23 Desember 2023 mendatang. Adapun lokasi pergelarannya adalah di Gedung Tammuan Mali Makale. 

Event ini sendiri akan diikuti oleh 31 Kontingen yang terdiri dari 854 atlet yang datang dari berbagai wilayah seluruh Indonesia. 

Kesiapan Acara dan Potensi bagi Daerah

Ellie Bernard selaku Ketua Panitia Passemba’ Toraya Mala’bi’ Cup 2023 yang juga Sekretaris Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Tana Toraja, menyampaikan kesiapannya untuk keberlangsungan kegiatan ini. Di samping itu juga turut dikonfirmasi oleh Ketua Taekwondo Tana Toraja selaku pelaksana kegiatan Indra Batara pada hari Senin, 18 Desember 2023.

Sebagai informasi, Indra Batara mengatakan bahwa tahun 2023 ini adalah gelaran keempat kalinya di Tana Toraja untuk event Passemba’ Toraya Mala’bi’ Cup. 

Dan spesialnya lagi pada tahun ini, pihak panitia sudah menyiapkan hadiah khusus untuk para peserta berupa 1 unit sepeda motor dan dua unit sepeda gunung.

Jika dikalkulasikan dari jumlah kontingen, atlet, official dan pendamping serta orangtua atlet yang akan hadir, Indra Bantara yakin kegiatan ini akan memberikan efek positif berupa peningkatan Pendapat Asli Daerah (PAD). Dari beberapa elemen audiens yang akan memadati Tana Toraja diperkirakan akan hadir lebih dari 2.000 orang lebih.

Selanjutnya Indra juga memaparkan bahwa, atlet yang berjumlah 854 orang ini adalah atlet dari luar daerah. Sementara itu, di Tana Toraja sendiri memiliki kurang lebih 100 orang atlet Taekwondo.

Adapun atlet yang berasal dari luar daerah terdata sebagai peserta yang tergabung dari sejumlah daerah, seperti Palu, Morowali, Sulawesi Barat, Makassar dan daerah lain di Sulawesi Selatan. Sedangkan atlet dari daerah yang paling jauh berasal dari Jakarta dan Cikarang.

Baca Juga:  Objek Wisata Batutumonga Toraja, Pesona Alam dari Kota Kecil

Passemba’ Toraya Mala’bi’ Cup 2023 akan dibuka secara resmi pada hari ini, Selasa, 19 Desember 2023 dengan diawali defile dari peserta, tari tarian atraksi sisemba’, ma’parapa’ dan akan ada juga berbagai acara menarik lainnya.

Diketahui jumlah kelas yang akan dipertandingkan sebanyak 64 kelas, adapun rentang usia dalam cabang olahraga ini dibagi dalam beberapa tingkatan. Mulai dari Usia 5-11 tahun, usia 12-14 tahun, usia 15-17 tahun, hingga usia 18 tahun keatas.

Elie Bernard selaku Ketua Panitia Passemba’ Toraya Mala’bi’ Cup 2023, mengatakan persiapan panitia saat ini sudah 100% dan acara siap untuk digelar. Elie Bernard melanjutkan, adapun kematangan persiapan acara ini juga karena adanya dukungan penuh dari Pemerintah Daerah. Dengan demikian, pemerintah juga akan turut merasakan dampak positif dengan digelarnya acara ini, seperti perkembangan pada perputaran ekonomi dan promosi pariwisata.

Latar Belakang Passemba’ Toraya

Kegiatan yang bertajuk Passemba’ Toraya Mala’bi’ Cup 2023 ini merupakan bagian dari rangkaian kemeriahan event Lovely pada Desember tahun 2023. 

Elie bernard menguraikan tentang filosofi passemba’ toraya sebagai salah satu olahraga asli yang merupakan warisan kearifan lokal Toraja yang patut untuk dilestarikan.

Sebagai informasi Passemba’ adalah adu kaki yang sudah ada sejak zaman dahulu dari leluhur Toraja yang dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur pasca panen. Tradisi ini juga dijaga dengan begitu baik secara turun-temurun,

Elie melanjutkan “Kita berharap semba’ ini kedepan bisa menjadi sebuah olahraga yang bisa diakui sebagai salah satu cabang olahraga prestasi yang sejajar dengan olahraga bela diri lainnya”.

Selain itu, Semba’ Toraya juga diharapkan menjadi salah satu sport tourism yang mengundang kunjungan wisata ke Toraja. 

Mengenal Budaya Unik Lainnya dari Tana Toraja

Selain Passemba’ yang sudah ada dari zaman dulu, Tana Toraja terkenal dengan berbagai macam budaya unik lainnya. Lalu apa saja tradisi yang masih terawat dan lestari di Tana Toraja? Berikut ulasannya.

Baca Juga:  Putus Kontrak 282 Pegawai Honorer Tana Toraja, Ini Penjelasan Pemkab

Rambu Solo

Anda tidak salah dengar, barangkali selama ini Anda hanya mengenal dan familiar dengan kata “solo” yang ada di daerah Jawa. Tapi makna solo di Tana Toraja ini memiliki makna yang mendalam. Ya, Rambu Solo adalah tradisi upacara kematian di suku Toraja.

Eric Crystal Ranteallo selaku Dewan Masyarakat Adat Nusantara,  mengatakan Rambu Solo merupakan ritual sakral bagi masyarakat Toraja dan telah dilakukan oleh nenek moyang dari suku Toraja yakni Aluk Todol.

Eric menjelaskan “Orang Toraja itu sangat menghargai keluarganya yang telah berpulang. Itu hal yang paling utama di Toraja, sebagai bentuk penghormatan untuk terakhir kali. Hal ini juga sudah dilakukan sejak leluhur kami Aluk Todolo”.

Adapun makna dari Rambu Solo diyakini sebagai upacara untuk menyempurnakan kematian seseorang. 

Masyarakat dari suku Toraja meyakini bahwa mati adalah suatu proses perubahan status dari manusia fisik di dunia menjadi roh di alam gaib.

Dengan demikian, sebelum rangkaian ritual Rambu Solo dilakukan hingga selesai, maka sang mayat akan diperlakukan layaknya orang sakit.

Adapun untuk melakukan ritual rambu solo ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan untuk melaksanakannya harus mengorbankan kerbau.

Sehingga jika biaya dari keluarga belum mencukupi untuk melakukan Rambu Solo, maka mayat akan terus disimpan. 

Rambu Solo terdiri atas beberapa ritual adat dan akan terlaksana secara berurutan di masyarakat suku Toraja. Ritual dalam Rambu Solo’ terbagi kedalam Mappassulu’, Mangriu’ Batu, Ma’popengkaloa, Ma’pasonglo, Mantanu Tedong, dan Mapasilaga Tedong.

Rambu Tuka’

Meskipun memiliki awalan nama yang mirip, Rambu Tuka’ ini berbeda dengan Rambu Solo’. Rambu Tuka’ atau Rampe Mata Allo adalah ritual upacara yang berbentuk syukuran atau suka cita masyarakat Toraja. Adapun Rambu Tuka’ iniakan terlaksana saat suku Toraja telah berhasil mendirikan rumah, memperoleh hasil panen yang baik, dan berbagai pencapaian yang berbentuk kegembiraan lainnya.

Baca Juga:  Perjalanan Sejarah Stadion Mattoanging Markas PSM Makassar

Melansir dari laman resmi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), upacara Rambu Tuka’ dipercaya telah berkembang sejak zaman purbakala beriringan dengan kedatangan manusia pertama di muka bumi.

Rambu Tuka’ tidak luput dari bagian dan kepercayaan masyarakat Toraja kuno yang disebut aluk todolo.

Adapun tempat pelaksanaan upacara Rambu Tuka’ adalah di sebelah timur rumah dan di barung-barung atau tongkonan. Sementara itu, untuk waktu pelaksanaannya sendiri dilakukan ketika matahari menanjak.

Ada beberapa jenis Rambu Tuka’ dalam tradisi suku Toraja. Berikut jenis-jenis Rambu Tuka’ mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi.

  1. Kapuran Pangan, jenis upacara ini menyuguhkan sirih pinang
  2. Piong Salampa, yang menyuguhkan makanan berupa lemang bambu
  3. Ma’pallin atau Malingka Biang, upacara persembahan seekor ayam sebagai bentuk pengakuan kekurangan
  4. Ma’tadoran atau Menammu, persembahan berupa satu ekor babi
  5. Ma’pakande Deata Dao Banua, persembahan seekor babi untuk hidangan bagi seluruh keluarga atau kerabat yang hadir
  6. Ma’pakande Deata Diong Padang, upacara kurban persembahan kepada deata di halaman rumah. Adapun rangkaian acaranya berupa pengorbanan seekor babi yang dijadikan lauk pauk untuk sanak keluarga dan sisanya dibagi-bagikan kepada masyarakat
  7. Massura’ Tallang, adalah upacara yang dilaksanakan setelah semua upacara adat yang ada di atas
  8. Merok, upacara persembahan tertinggi kepada Puang Matua. Hewan kurban persembahannya adalah berupa kerbau, babi, dan ayam.

Kesimpulan

Indonesia memiliki ribuan suku dan budaya yang tersebar di berbagai pulau, salah satunya adalah suku Toraja di pulau Sulawesi. Toraja sendiri dikenal dengan budaya dan karakternya yang kuat, seperti tradisi Passemba’ yang kini diwacanakan akan menjadi salah satu cabang olahraga beladiri resmi di Indonesia.

Dari pergelaran turnamen Taekwondo Passemba’ Toraya” Jilid 4 ini kita bisa belajar bahwa sangat banyak budaya dan tradisi di Indonesia yang harus terus dilestarikan agar terus berkembang dan bahkan populer sampai ke luar negeri. Semoga informasi Ketik Media bermanfaat.