Ketikmedia.com – Gaji dokter di Arab Saudi terbilang sangat menggiurkan. Namun bagaimana peluang WNI di negeri tersebut?
Profesi dokter merupakan salah satu profesi paling bergengsi di Indonesia. Dari tahun ke tahun, ratusan ribu orang mencoba peruntungannya di berbagai jurusan kedokteran. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa menjadi dokter tak selalu identik dengan kondisi ekonomi yang baik.
Betul, dibanding gaji buruh, pendapatan dokter bisa beberapa kali lipat banyaknya. Namun angka tersebut sejatinya belum sepadan dengan pengorbanan yang mereka usahakan.
Persaingan masuk fakultas kedokteran ketat, biaya kuliah yang tinggi, hingga masa pembelajaran yang panjang merupakan beberapa tantangan mahasiswa kedokteran. Saat lulus, ironisnya mayoritas dokter umum hanya menerima gaji di angka Rp.3 juta hingga Rp.5 juta per bulan saja.
Dalam kondisi beban kerja yang berat dan fasilitas terbatas, para dokter seringkali merasa frustrasi dan kelelahan. Tidak mengherankan apabila sebagian dokter Indonesia mulai mempertimbangkan opsi berkarier di luar negeri, termasuk Arab Saudi.
Berapa Gaji Dokter di Arab Saudi?
Arab Saudi sudah lama menjadi primadona bagi tenaga medis dari berbagai negara. Berdasarkan data terbaru, rata-rata gaji dokter di Arab Saudi pada tahun 2024 mencapai angka 38 ribu riyal per bulan, atau setara dengan Rp159 juta rupiah.
Di lapangan, rentang gaji tersebut bisa lebih bervariasi tergantung pada tingkat pengalaman dan spesialisasi. Ada dokter yang mendapat gaji 20 riyal atau Rp82 juta, hingga 58 riyal atau sekitar 243 juta rupiah tiap bulannya.
Umumnya, dokter dengan gaji tertinggi adalah dokter yang memiliki spesialisasi di bidang anestesi, ortopedi, bedah syaraf, serta kardiologi. Mereka bisa mendapatkan upah hingga 500 juta setiap bulan. Apalagi bila mereka bekerja di RS bertaraf internasional.
Syarat dan Proses Lisensi Praktik di Arab Saudi
Meski menggiurkan, bukan hal sepele untuk bekerja di Arab sebagai dokter. Pertama-tama, calon dokter mesti paham bahwa untuk dapat berpraktik di negeri ini, setiap dokter asing wajib memiliki lisensi dari Saudi Commission for Health Specialties (SCFHS).
Proses untuk mendapat SCFHS mencakup registrasi akun, pengajuan dokumen pendidikan dan pengalaman, serta mengikuti ujian lisensi Prometric sesuai bidang masing-masing. Setelah memperoleh sertifikat dari SCFHS, dokter juga harus memperoleh visa kerja dan menyelesaikan proses administratif tambahan.
Untuk residensi sendiri, WN migran tidak mendapat peluang sama sekali. Sebab residensi biasanya hanya tersedia untuk warga Saudi atau peserta dari program kerja sama bilateral antarnegara.
Peluang dan Tantangan Bagi Dokter Indonesia
Tak cuma persyaratan di atas, dokter Indonesia juga harus berhadapan pada berbagai tantangan lainnya yang tidak ringan sebagai pekerja migran di Arab. Salah satu tantangan tersebut adalah persaingan ketat dengan tenaga medis dari berbagai negara, terutama dari Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara Arab lainnya.
Sampai saat ini, sayangnya masih terdapat kecenderungan rumah sakit di Arab Saudi untuk lebih memilih dokter yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman kerja di negara Barat. Hal ini berkaitan dengan persepsi kualitas dan standar profesionalisme yang masih belum sepenuhnya berpihak pada pekerja dari negara berkembang.
Dalam beberapa kasus, stigma terhadap dokter dari kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara juga bisa menghambat akses ke posisi strategis atau spesialisasi tertentu. Oleh karena itulah, dokter Indonesia perlu menunjukkan kualifikasi unggul, kemampuan komunikasi yang baik, kepercayaan diri tinggi, dan adaptasi budaya yang kuat agar dapat bersaing di pasar kerja negeri tujuan haji ini.
Tips Sukses Berkarier Sebagai Dokter di Arab Saudi
Agar proses migrasi dan adaptasi berjalan lancar, dokter Indonesia perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pastikan Semua Dokumen Lengkap
Siapkan dokumen yang sifatnya penting. Seluruh ijazah, transkrip, STR (Surat Tanda Registrasi), dan sertifikat pelatihan wajib dibawa dan sudah dilegalisasi. Pastikan juga dokumen-dokumen itu tersedia dalam versi terjemahan ke Bahasa Inggris dan Arab. Nantinya, para dokter bisa meminta legalisasi lagi ke Kemendikbud dan Kedubes Arab.
2. Persiapkan Ujian SCFHS
Kepemilikian lisensi dari SCFHS sangatlah krusial. Karena itu, selain mempersiapkan persyaratan administratifnya, siapkan juga diri sendiri untuk ujian praktik. Umumnya, materi ujian mengacu pada standar internasional, sehingga penting untuk belajar dengan sumber terkini dan mengikuti kursus persiapan jika perlu.
3. Tingkatkan Kemampuan Bahasa Arab dan Inggris
Selanjutnya, tingkatkan juga skill atau keterampilan Bahasa Inggris dan Arab. Ingat, Bahasa Inggris digunakan secara luas di rumah sakit, namun menguasai percakapan dasar bahasa Arab juga akan mempermudah interaksi dengan pasien.
4. Pahami Budaya Arab Saudi
Para dokter migran juga harus mulai belajar mengenai norma kebiasaan di Arab Saudi. Jangan mentang-mentang sama-sama mayoritas Islam, orang Indonesia berpikir bahwa negeri tersebut memiliki norma yang sama dengan di Indonesia sehingga tak mau mempelajari tradisi yang ada di sana.
5. Teliti dalam Membaca Kontrak Kerja
Terakhir, sebelum menandatangani kontrak, pastikan seluruh aspek seperti gaji pokok, tunjangan, jam kerja, cuti tahunan, serta fasilitas tempat tinggal dan transportasi telah tercantum secara jelas. Gunakan jasa agen resmi atau cari informasi langsung dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
Bagaimana? Meski sulit, namun dengan kiat dan usaha yang tepat, berkarir sebagai dokter di Saudi sangatlah menjanjikan. Apalagi, sebagaimana tertulis di atas, gaji dokter di Arab Saudi sangatlah besar!