Pola Napas Tidak Efektif SDKI & Kode Diagnosisnya

Pola Napas Tidak Efektif SDKI dan Kode Diagnosisnya

Ketikmedia.com – Pola napas tidak efektif SDKI adalah salah satu diagnosa yang sering diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan respirasi atau pernapasan. Diagnosa ini merujuk pada kondisi saat pasien tidak memberikan ventilasi adekuat saat mengambil dan saat membuang napas. 

Jika Anda belum paham apa arti pola pernapasan yang tidak efektif sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Anda tidak perlu khawatir karena semua informasi ini ketik Media Nusantara telah di rangkum dan akan akan dibahas di sini. Khususnya soal gejala, kode diagnosis, dan lain-lain!

Definisi Pola Napas Tidak Efektif SDKI

Pada penjelasan di atas, Anda pasti sudah punya gambaran tentang apa yang dimaksud dengan ketidakefektifan pola napas. Singkatnya, hal ini menggambarkan kondisi ketika ventilasi adekuat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. 

Kondisi ini terlihat mirip dengan gangguan pertukaran gas. Jika Anda bertanya-tanya apa bedanya pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas, perbedaannya cukup signifikan. Namun, kedua masalah pernapasan ini berada di sub kategori sama dalam SDKI. 

Gangguan pola napas terkait dengan kecepatan, kedalaman, dan keteraturan pernapasan. Bisa jadi terlalu cepat, terlalu lambat, terlalu dalam, terlalu dangkal, dan tidak teratur sehingga pasokan oksigen tak cukup. Kode pola napas tidak efektif SDKI adalah D.0005.

Sedangkan gangguan pertukaran gas terjadi ketika gas oksigen dan gas karbondioksida tidak mampu bertukar secara efektif di dalam tubuh, khususnya antara alveoli paru-paru dan darah. Kondisi ini bisa memicu sesak napas dan kesulitan napas lainnya. 

Penyebab Pola Napas Tidak Efektif SDKI

Hampir semua masalah kesehatan pasti punya faktor penyebab yang memicunya. Pada SDKI, Anda akan mengenalnya dengan istilah etiologi. Faktor penyebab ini wajib diketahui oleh seorang perawat karena harus tertulis di dalam laporan diagnosa. 

Pada laporan tersebut, Anda akan menulis “pola napas tidak efektif berhubungan dengan…” lalu menjelaskan berbagai jenis penyebabnya. Penyebab masalah kesehatan ini pun sangat beragam, seperti:

  • Depresi pusat pernapasan. 
  • Gangguan kecemasan (anxiety). 
  • Kelemahan otot pernapasan, nyeri saat bernapas, dan hambatan upaya pernapasan yang lain. 
  • Efek agen farmakologis, termasuk obat-obatan, stimulan, dan lain sebagainya. 
  • Deformitas dinding dada atau tulang dada.
  • Cedera pada sistem saraf di tulang belakang.
  • Gangguan neuromuskular atau neurologis, termasuk benturan kepala, tubuh kejang-kejang, dan lain-lain. 
  • Kerusakan saraf C5 ke atas yang bertanggung jawab atas otot perifer dan seterusnya.
  • Imaturitas neurologis. 
  • Sindrom hipoventilasi. 
  • Penurunan energi. 
  • Ekspansi paru-paru yang terhambat akibat posisi tubuh. 
  • Obesitas. 

Gejala Pola Napas Tidak Efektif SDKI

Sebelum bisa menyimpulkan pola napas tidak efektif SDKI, Anda perlu tahu bagaimana tanda-tandanya terlebih dulu. Untuk membuat analisa data pola napas tidak efektif, pastikan pasien Anda punya 80% tanda-tanda atau gejala kesehatan di bawah ini!

  • Dispnea atau sesak napas. 
  • Ada bunyi napas tambahan yang tidak normal, misalnya seperti mengi atau kertak. 
  • Pasien menggunakan otot bantu pernapasan karena sulit mengambil dan membuang napas secara normal. 
  • Pola napas abnormal, contohnya takipnea (pola pernapasan cepat dan pendek), bradipnea (pola pernapasan lambat dan tidak normal), hiperventilasi (pola napas cepat dan abnormal), kussmaul (pola napas dalam), cheyne-stokes (pola napas naik turun secara periodik).

Cara Menulis Diagnosa Pola Napas Tidak Efektif SDKI

Setelah tahu diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan apa dan berbagai gejalanya, kini Anda perlu belajar bagaimana cara menulis diagnosanya. Penting untuk Anda catat jika diagnosa ini termasuk ke dalam diagnosis keperawatan aktual.

Karena itu, Anda perlu menulisnya dengan cara berikut!

“Masalah + faktor pemicu masalah + gejala yang dirasakan oleh pasien.”

Contohnya ketika ada pasien yang mengalami masalah pola napas tidak efektif karena obesitas dan imaturitas neurologis. Pasien tersebut mengalami sesak napas, takipnea, hiperventilasi, dan mengeluarkan bunyi tambahan berupa mengi.

Pada kasus tersebut, Anda bisa menulis diagnosa pada pasien dengan cara penulisan berikut sesuai SDKI!

“Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obesitas dan imaturitas neurologis dibuktikan dengan sesak napas, takipnea, hiperventilasi, mengi.”

Kata “berhubungan dengan” pada format penulisan diagnosa di atas bisa Anda ganti dengan singkatan “b.d”. Sedangkan kata “dibuktikan dengan” bisa Anda ganti dengan singkatan “d.d”. Kata-kata tersebut punya arti yang sama sehingga Anda bisa memakai keduanya. 

Intervensi Pola Napas Tidak Efektif SDKI

Jika diagnosanya sudah ada, langkah berikutnya adalah melakukan intervensi pola napas tidak efektif untuk mengatasi masalahnya. Secara garis besar, intervensi pola napas tidak efektif SDKI itu cukup mudah untuk diikuti, yaitu dengan cara berikut ini!

1. Manajemen Jalan Napas

Sebagai langkah pertama, Anda bisa melakukan manajemen jalan napas. Cara ini tertulis dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Kodenya di dalam SIKI adalah I.01011. Tujuannya yaitu untuk mengelola kepatenan jalan napas. 

Untuk intervensi, Anda bisa melakukan langkah-langkah berikut! 

  • Observasi dengan memonitor pola napas, termasuk frekuensi napas (apakah terlalu cepat atau terlalu lambat), kedalaman, hingga usaha napas (apakah perlu otot bantu pernapasan atau tidak).
  • Monitor apakah ada bunyi napas tambahan atau tidak dan observasi sputum (dahak dan saliva pasien). 
  • Angkat dagu pasien untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Lakukan manuver dorongan rahang untuk mencegah lidah menutupi jalur udara di bagian atas jika ada trauma fraktur servikal. 
  • Bantu pasien ke posisi fowler (duduk) atau semi-fowler (setengah duduk). 
  • Kasih air mineral hangat untuk diminum. 
  • Jika perlu, lakukan fisioterapi dada untuk mengurangi rasa sesak. 
  • Berikan asupan oksigen yang lebih tinggi dari normal (hiperoksigenasi), lalu lakukan penghisapan lendir dan dahak di saluran pernapasan. 
  • Lakukan penghisapan dahak dan lendir selama kurang dari 15 detik. 
  • Jika ada benda padat yang menyumbat pernapasan, segera keluarkan dengan forcep McGill.
  • Tambah kadar oksigen jika pasien masih kekurangan oksigen di dalam tubuh. 
  • Beri anjuran untuk minum lebih banyak air putih, minimal 2 liter sehari, jika tidak ada kontradiksi. 
  • Ajarkan bagaimana cara batuk yang benar dan efektif.
  • Beri bronkodilator, ekspektoran, atau mukolitik jika perlu. 

2. Pemantauan Respirasi

Cara intervensi yang lainnya adalah dengan pemantauan respirasi. Pada SIKI, cara ini memiliki kode I.01014. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan keefektifan pertukaran gas dan kepatenan jalan napas melalui pengumpulan data dan observasi.

Anda hanya perlu memantau dan melakukan langkah-langkah berikut ini! 

  • Pantau cara napas, termasuk:
    • Frekuensi
    • Pola
    • Irama
    • Upaya napas
    • Kedalaman
    • Bunyi
  • Pantau cara batuk, apakah efektif atau tidak. 
  • Cek produksi saliva, dahak, dan lendir lain yang berada di saluran pernapasan. 
  • Cek apakah ada hal-hal lain yang menghambat saluran pernapasan atau tidak.
  • Lakukan ekspansi paru. 
  • Pantai saturasi oksigen, nilai analisa gas darah, dan hasil x-ray toraks. 
  • Atur interval pernapasan. 

Itulah segala hal yang berkaitan dengan pola napas tidak efektif SDKI, termasuk definisi, penyebab, gejala, cara menulis diagnosa, dan intervensinya. Panduan ini bisa Anda gunakan untuk merawat pasien dengan keluhan serupa.