Ketikmedia.com – Kamu mungkin pernah mendengar berita terbaru yang bilang seseorang tiba-tiba ambruk dan tidak tertolong. Biasanya, orang langsung menyebutnya “kena serangan jantung”. Tapi tahukah kamu, ada dua kondisi yang sering tertukar, henti jantung dan serangan jantung? Kalau kamu pikir itu sama, kamu tidak sendirian. Banyak orang memang masih salah kaprah tentang ini.
Masalah ini cukup serius, sebenarnya. Karena memahami perbedaannya bisa menentukan seberapa cepat dan tepat seseorang mendapatkan pertolongan.
Nah, selain itu, kalau kamu sedang mencari informasi tambahan seputar dunia farmasi atau pelayanan kesehatan mata khususnya dengan wilayah Banyuwangi sekitarnya, kamu juga bisa mengunjungi pafipcbanyuwangikota.org.
Jadi mari kita bedah secara santai tapi dalam. Kalau kamu baca sampai selesai, mudah-mudahan jadi lebih paham dan bisa lebih sigap kalau suatu saat (mudah-mudahan jangan) kamu atau orang sekitar mengalaminya.
Apa Itu Serangan Jantung?
Serangan jantung (dalam istilah medis disebut infark miokard) terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhambat. Biasanya penyebab utamanya adalah penumpukan plak, kombinasi kolesterol, lemak, dan zat lain di pembuluh darah koroner. Saat plak ini pecah, terbentuk bekuan darah yang bisa memblokir aliran darah.
Saat aliran darah tersumbat, bagian otot jantung yang tidak mendapatkan oksigen bisa mulai rusak. Kerusakan ini tidak langsung bikin jantung berhenti berdetak. Tapi, kalau tidak ditangani cepat, bisa berakibat fatal juga.
Gejala umum serangan jantung yang sering dirasakan:
- Nyeri atau tekanan di dada (seperti tertindih benda berat)
- Nyeri menjalar ke lengan kiri, rahang, leher, atau punggung
- Sesak napas, mual, pusing, dan keringat dingin
Jadi, kalau kamu atau orang di sekitar menunjukkan gejala seperti ini, segera cari bantuan medis. Semakin cepat penanganan (biasanya dengan obat pengencer darah atau pemasangan stent), semakin besar peluang otot jantung bisa diselamatkan.
Lalu, Apa Itu Henti Jantung?
Henti jantung (cardiac arrest) terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak. Kalau jantung berhenti memompa darah, organ vital termasuk otak tidak mendapat oksigen, dan dalam hitungan menit, kerusakan permanen bisa terjadi.
Biasanya penyebab henti jantung adalah gangguan listrik pada jantung yang disebut aritmia (irama jantung tidak normal). Jenis aritmia paling umum yang menyebabkan henti jantung mendadak adalah fibrilasi ventrikel, di mana ruang bawah jantung bergetar tidak teratur, bukan memompa darah dengan efektif.
Gejala henti jantung biasanya sangat mendadak:
- Orang tiba-tiba pingsan
- Tidak bernapas atau napas terengah aneh (gasping)
- Tidak ada denyut nadi
Dalam kondisi ini, pertolongan harus dilakukan dalam 4–6 menit untuk meningkatkan peluang hidup. Itulah kenapa CPR (resusitasi jantung paru) dan penggunaan AED (alat kejut jantung) sangat krusial. Banyak nyawa bisa diselamatkan kalau penolong tahu caranya.
Kenapa Penting Tahu Bedanya?
Banyak orang yang serangan jantung bisa sembuh kalau cepat dibawa ke rumah sakit. Tapi ada juga yang karena terlambat, serangan jantungnya berujung jadi henti jantung. Jadi, perbedaan ini bukan soal istilah saja, tapi soal respons cepat dan tepat.
Kalau kamu pernah ikut pelatihan P3K atau CPR, pengetahuan ini pasti sudah pernah dibahas. Tapi kalau belum, mungkin ini saat yang tepat untuk mempertimbangkan ikut pelatihan.
Statistik dari American Heart Association (AHA) menyebutkan, 90% orang yang alami henti jantung di luar rumah sakit meninggal. Tapi, jika CPR dilakukan segera, peluang selamatnya bisa naik 2–3 kali lipat. Cukup signifikan, kan?
Kesimpulan
Sekarang kamu sudah tahu perbedaan henti jantung dan serangan jantung. Serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah, henti jantung karena gangguan irama jantung.
Kalau kamu mau lebih siap, cobalah cari tahu lokasi AED terdekat di kantor, gym, atau tempat umum. Dan kalau punya waktu, ikut pelatihan CPR bisa jadi bekal berharga, bukan cuma untuk diri sendiri tapi juga orang lain.