Lengkap! Penurunan Curah Jantung SDKI

Penurunan Curah Jantung SDKI

Ketikmedia.com – Kalau kamu sedang belajar tentang keperawatan, pasti pernah dengar soal “penurunan curah jantung” dalam daftar diagnosa SDKI. 

Tapi tahu nggak sih, banyak yang masih bingung saat harus mengidentifikasi tanda-tandanya di lapangan? Padahal, diagnosis ini sangat penting terutama buat pasien dengan gangguan jantung seperti gagal jantung, syok kardiogenik, atau infark miokard akut.

Nah, melalui artikel ini, kamu akan lebih paham tentang apa itu penurunan curah jantung berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), bagaimana gejalanya, serta intervensi yang sesuai berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). 

Kita bahas dengan cara yang mudah dimengerti, tanpa istilah yang terlalu rumit. Tapi tetap akurat dan relevan, ya.

Nah, selain itu, kalau kamu sedang mencari informasi tambahan seputar dunia farmasi atau pelayanan kesehatan mata khususnya dengan wilayah Blitar sekitarnya, kamu juga bisa mengunjungi pafipcblitarkab.org.

Apa Itu Penurunan Curah Jantung Menurut SDKI?

Dalam SDKI, penurunan curah jantung memiliki kode D.0008 dan didefinisikan sebagai “kondisi ketika jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam satu menit tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh”.

Jadi sederhananya, jantung nggak bisa bekerja maksimal buat suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.

Kondisi ini seringkali terjadi karena gangguan pada otot jantung, irama jantung yang tidak normal, atau peningkatan beban kerja jantung. Dan kalau tidak ditangani dengan baik? Ya, bisa berujung pada kegagalan multi organ. Serem kan?

Baca Juga:  5 Jenis Buah Untuk Jantung Sehat dan Perlu di Batasi Untuk di Makan

Masalah Umum di Lapangan

Di lapangan, banyak tenaga kesehatan yang mengalami kesulitan mengenali diagnosis ini sejak dini. 

Kenapa? Karena gejalanya sering tumpang tindih dengan masalah lain seperti gangguan pernapasan atau kelelahan biasa. Bahkan, ada yang menyangka ini hanya efek dari dehidrasi atau anemia.

Sering juga ditemukan bahwa pemeriksaan tanda-tanda vital belum dilakukan secara konsisten. Padahal, itu salah satu kunci utama untuk mengenali penurunan curah jantung sejak awal.

Tanda dan Gejala yang Harus Kamu Perhatikan

Menurut SDKI, gejala penurunan curah jantung dibagi jadi primer dan sekunder:

Gejala primer (yang harus ada):

  • Dispnea (sesak napas)
  • Kelelahan
  • Peningkatan tekanan vena jugularis
  • Edema perifer
  • Nadi cepat atau tidak teratur

Gejala sekunder (bisa mendukung diagnosis):

  • Penurunan tekanan darah
  • Oliguria (urin sedikit)
  • Akral dingin dan pucat
  • Penurunan kesadaran
  • Ronkhi paru basah
  • Gangguan irama jantung pada EKG

Kalau pasien menunjukkan 2 gejala primer + 1 gejala sekunder, besar kemungkinan diagnosa ini bisa ditegakkan.

Intervensi Keperawatan Berdasarkan SIKI

Sekarang kita masuk ke bagian penting: apa yang bisa dilakukan perawat? Nah, intervensi utama yang disarankan oleh SIKI adalah Perawatan Jantung dengan kode I.02075. Tujuannya: mengurangi beban jantung dan meningkatkan perfusi jaringan.

Beberapa tindakan yang disarankan:

  1. Monitor tekanan darah setiap 1-2 jam (terutama kalau pasien kritis)
  2. Cek EKG berkala, idealnya 12 sadapan
  3. Pantau intake dan output cairan dengan akurat
  4. Ukur berat badan setiap hari, karena retensi cairan bisa jadi tanda gagal jantung
  5. Berikan posisi semi-Fowler untuk mengurangi kerja jantung
  6. Observasi tanda-tanda syok, seperti kulit lembap, pucat, dingin

Dan kalau pasien menggunakan diuretik atau obat inotropik? Kamu harus hati-hati memantau elektrolit dan tanda-tanda efek sampingnya.

Baca Juga:  Pahami! Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung

Evaluasi Berdasarkan SLKI

Evaluasi ini penting banget supaya tahu apakah tindakan yang dilakukan berhasil. SLKI atau Standar Luaran Keperawatan Indonesia merekomendasikan indikator seperti:

  1. Nadi dalam rentang normal (60–100 bpm)
  2. Tekanan darah membaik (idealnya ≥ 90/60 mmHg)
  3. Akral hangat dan kering
  4. Produksi urin > 30 ml/jam
  5. Pasien tidak mengeluh sesak napas saat aktivitas ringan

Kalau luaran ini tercapai, bisa dibilang kondisi pasien mulai stabil. Tapi tetap harus diawasi terus, ya.

Penutup

Jadi, kalau kamu menemukan pasien dengan keluhan seperti cepat lelah, sesak napas, dan tekanan darah rendah, jangan langsung anggap itu cuma kecapekan biasa. Bisa jadi itu tanda awal penurunan curah jantung.

Dengan memahami SDKI, SIKI, dan SLKI secara lengkap, kamu bisa lebih cepat dan tepat dalam merespons kondisi ini. Dan yang paling penting, kamu membantu meningkatkan kualitas hidup pasien.