Gigi adalah salah satu organ penting yang mengawali proses pencernaan pada manusia. Sebelum melalui proses pencernaan oleh berbagai enzim di dalam tubuh, makanan akan dicincang terlebih dahulu oleh gigi-gigi kita. Makanan yang telah berbentuk halus ini akan lebih mudah dicerna oleh berbagai enzim pencernaan dan membuat proses penyerapan zat gizi menjadi lebih optimal. Tak terkecuali pada anak-anak.
Anak-anak dengan gigi yang sehat, kuat dan utuh lebih bisa memproses berbagai bentuk makanan yang variatif. Dengan demikian, asupan gizi pun lebih mudah terpenuhi. Hal ini tentu menjadi poin penting karena anak-anak sangat membutuhkan asupan gizi yang akurat untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sebaliknya, gigi yang tidak sehat akan menimbulkan banyak keluhan, seperti sakit saat mengunyah. Rasa sakit saat mengunyah akan mengurangi napsu makan anak sehingga makan jadi sedikit. Alhasil, hal ini membuat asupan gizinya tidak terpenuhi. Gigi dan gusi yang nyeri juga akan mengganggu kualitas tidur sehingga anak akan sulit tidur dan gelisah. Hal ini membuat daya konsentrasi dan imunitas tubuh menurun.
Beberapa penelitian juga menemukan kaitan antara kesehatan gigi dengan kecerdasan anak. Selain menjadi salah satu faktor yang membuat anak sulit memenuhi kebutuhan gizinya, gigi yang rusak dan berlubang adalah sarang bakteri. Jika hal ini berlangsung lama, nanah atau abses bisa terbentuk sehingga bakteri masuk ke dalam pembuluh darah dan membawa dampak negatif pada otak. Pada beberapa kasus, bakteri ini dapat berdiam di jantung dan menginfeksi katup jantung hingga terjadi peradangan.
Menilik betapa pentingnya peran gigi dalam mendukung kualitas hidup yang baik, penting bagi orangtua untuk memperhatikan kesehatan gigi pada anak.
6 Cara Untuk Mencegah Kerusakan Gigi pada Sang Buah Hati.

1. Menggunakan Pasta Gigi yang Mengandung Fluoride.
Telah menjadi pengetahuan umum jika fluoride adalah mineral yang berfungsi untuk memperkuat gigi. Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride akan melindungi gigi dari lingkungan asam di dalam mulut. Dengan demikian, gigi menjadi kokoh, tidak mudah rapuh dan tidak mudah lubang. Beberapa dokter gigi menganjurkan untuk menggunakan pasta gigi ber-fluoride sejak anak menumbukan gigi pertamanya. Meskipun masih satu buah gigi, sangat penting untuk mulai menyikat gigi si kecil. Hal ini bertujuan untuk memelihara gigi yang sedang tumbuh dari sisa-sisa makanan, juga membiasakan aktivitas menggosok gigi pada anak.
Lantas, apakah fluoride aman digunakan pada anak-anak yang belum bisa berkumur? Dilansir dari beberapa sumber, penggunaan pasta gigi ber-fluoride adalah sebiji beras pada anak di bawah tiga tahun. Untuk anak di atas tiga tahun, bisa sebanyak satu biji kacang polong.
2. Menggunakan Sikat Gigi dengan Kepala Sikat yang Kecil.
Saat ini sudah banyak sikat gigi yang mendukung aktivitas menggosok gigi pada balita. Dengan kepala sikat yang kecil, bulu sikat akan lebih mudah menjangkau area-area tersembunyi dalam rongga mulut, terutama gigi yang menempel pada pipi. Selain itu, kualitas bulu sikat juga perlu diperhatikan. Ayah dan Bunda bisa memilih bulu sikat yang tidak mudah rontok dan cukup kuat untuk membersihkan kotoran di sela-sela gigi, namun cukup lembut sehingga tidak menyakiti si kecil.
3. Tidak Mengemut Makanan Terlalu Lama.
Aktivitas makan pada anak adalah proses belajar. Tidak jarang, beberapa anak masih mengemut makanannya sebagai kebiasaan. Dengan mengemut makanan, pH rongga mulut menjadi asam dan menjadi tempat tumbuh bakteri. Kondisi asam ini sebenarnya akan dinetralisir dengan sendirinya oleh air liur, namun membutuhkan waktu yang lama. Jika suasana asam ini berlangsung terus-menerus, air liur tidak akan mampu menetralisirnya dengan baik sehingga enamel gigi akan rusak dan terkikis. Pada akhirnya, bakteri yang terakumulasi akan mudah membuat gigi berlubang.
Di lain pihak, kebiasaan mengemut makanan juga disebabkan oleh beberapa hal, seperti fokus makan anak yang terganggu, tekstur yang tidak disukai oleh anak, ada permasalahan di mulut dan lain sebagainya. Ayah dan Bunda harus lebih peka oleh penyebab kebiasaan ini. Biasakan anak fokus pada makanannya dan ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan. Bila dirasa perlu, orangtua bisa membawa anak ke dokter anak sehingga penyebabnya bisa diketahui dengan pasti.
4 Tidak Meniup Makanan.
Sebagai orang tua, pasti kita ingin sang anak makan senyaman mungkin. Salah satunya, memastikan makanan mereka tidak panas sehingga tidak melukai rongga mulut. Tidak jarang, kita pun meniup makanan tersebut sebelum menyuapkannya pada si kecil.
Tapi tahukah Ayah dan Bunda, jika meniup makanan bisa jadi sarana perpindahan virus dan bakteri dari si peniup ke anak? Ribuan virus dan bakteri ini akan tertiup dan menempel pada makanan, hingga akhirnya mendarat di rongga mulut si kecil. Jika orangtua mempunyai lubang gigi, besar kemungkinan bakteri penyebab gigi berlubang pun juga bisa berpindah pada area mulut anak. Hal ini memperbesar peluang rusaknya gigi anak oleh bakteri. Oleh sebab itu, disarankan untuk mendinginkan makanan terlebih dahulu sebelum menghidangkannya pada anak. Sementara menunggu makanan dingin, kita bisa bermain dahulu dengan si kecil.
5. Menghindari Minum dengan Dot Hingga Tertidur.
Anak-anak menyusui dengan dot hingga tertidur bukan hal yang asing bagi kita. Tapi tahukah Ayah dan Bunda, jika kebiasaan yang satu ini mempunyai beberapa sisi buruk? Yang pertama, membiarkan anak menyusu dengan dot hingga tertidur bisa membuat anak tersedak. Susu yang tetap mengalir saat anak telah terlelap bisa memasuki tenggorokan anak dan membuat jalan napasnya terganggu.
Kedua, gula dari susu formula akan terakumulasi di mulut anak. Hal ini disebabkan berhentinya refleks menelan kala anak telah tertidur. Gula susu yang tidak segera dibersihkan ini lama-lama dapat mengendap di sela-sela gigi, lantas mengalami pembusukan oleh bakteri. Akibatnya, gigi pun bisa rapuh dan berlubang.
6. Memperhatikan Jenis Makanan Anak
Anak-anak sangat mudah untuk menyukai makanan manis. Mereka akan sangat tertarik pada makanan yang mengandung gula tinggi seperti permen, cokelat, kue dan makanan-makanan manis lainnya. Meskipun diperbolehkan, namun Ayah dan Bunda harus membatasi asupan gula pada di kecil. Selain kurang baik bagi kesehatan, asupan gula berlebih bisa berpotensi merusak gigi anak. Hal ini disebabkan makanan manis yang menempel di gigi bersifat asam. Semakin lama gigi terpapar oleh kondisi asam, semakin tinggi pula potensi kerusakan pada gigi.
Sebaliknya, penting bagi orangtua untuk memastikan anak mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Penuhi kebutuhan hariannya dengan makanan yang diolah dari bahan-bahan makanan segar dan rendah gula tambahan. Sebab sebenarnya, kandungan gula telah terkandung secara alami dalam bahan makanan segar. Kurangi produk-produk ultraproses seperti jajanan kemasan. Sebagai gantinya, Ayah dan Bunda bisa menyediakan camilan yang dibuat sendiri agar terjamin keamanannya.
Proses makan pada anak akan membentuk preferensi rasa terbawa hingga dewasa. Maka dari itu, orangtua bisa mengenalkan anak pada makanan yang bergizi dan rendah gula. Berikan makanan dengan gizi seimbang sejak masa mpasi sehingga tumbuh kembang anak menjadi optimal dan terhindar dari kerusakan gigi.
Nah Ayah dan Bunda, itu tadi adalah enam hal yang bisa dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi pada anak. Jangan lupa untuk menyikat gigi anak minimal dua kali sehari ya.