Hipertensi resisten merupakan salah satu penyakit tekanan darah tinggi yang berbahaya kalau Anda membiarkannya begitu saja.
Kondisi ini menunjukkan kalau sulit mengontrol tekanan darah melalui pengobatan standar meski mendapat resep dokter. Pada proses penyembuhannya, kondisi ini membutuhkan cara yang lebih intensif.
Hipertensi jenis ini sering kali berkaitan dengan faktor-faktor lain seperti obesitas, diabetes, dan gangguan ginjal. Penggunaan obat-obatan tertentu yang memengaruhi tekanan darah juga sangat berhubungan.
Mengenali hipertensi jenis resisten sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, atau gagal ginjal.
Maka dari itu, pengawasan hipertensi ini tidak hanya menyesuaikan obat hipertensi resisten saja. Penting juga untuk melakukan perubahan gaya hidup yang relevan, mencari tahu penyebab sekunder hipertensi, dan menambahkan pengobatan medis lainnya.
Dengan cara mengatasi yang tepat, tekanan darah dapat lebih terkendali dan risiko komplikasi dapat diminimalkan.
Apa Itu Hipertensi Resisten?
Tekanan darah tinggi resisten adalah kondisi yang di mana tekanan darah tetap tinggi, melebihi 140/90 mmHg, meskipun penderitanya sudah mengonsumsi setidaknya tiga jenis obat antihipertensi dari kelas yang berbeda, termasuk diuretik.
Obat diuretik sendiri memiliki peran penting dalam menangani hipertensi karena cara kerjanya mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari tubuh yang sering kali menjadi penyebab utama tekanan darah tinggi.
Dalam beberapa kasus, seseorang dianggap mengalami tekanan darah tinggi resisten kalau sudah membutuhkan 4 atau lebih obat untuk mengendalikan tekanan darahnya.
Untuk mendeteksi hipertensi ini, dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, seperti riwayat medis pasien, pola penggunaan obat, dan pemeriksaan fisik.
Tidak hanya itu saja, beberapa pemeriksaan tambahan sering dilakukan untuk memastikan diagnosis dan mengetahui penyebab hipertensi resisten yang menjadi dasar kondisi ini, seperti:
- Pengukuran tekanan darah memakai tensimeter.
- Pemantauan tekanan darah 24 jam dengan alat ukur tekanan darah ambulatori untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
- Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai laju dan irama detak jantung.
- Ekokardiogram yang memberikan gambaran struktur dan fungsi jantung.
- Funduskopi untuk mendeteksi kerusakan pembuluh darah di retina mata.
- Rontgen dada untuk menilai kondisi jantung dan organ sekitarnya.
- Tes laboratorium, seperti pemeriksaan darah dan urine untuk memantau fungsi organ tubuh dan mencari penyebab sekunder hipertensi.
Dengan melakukan beberapa pemeriksaan ini, dokter bisa menentukan langkah penanganan yang lebih spesifik dan efektif untuk mengatasi jenis hipertensi ini.
Penyebab Hipertensi Resisten
Tekanan darah tinggi resisten bisa saja disebabkan karena kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, mengonsumsi obat yang tidak tepat, atau adanya kondisi medis tertentu.
Terlalu banyak makan makanan yang asin atau tinggi garam, merokok, minum alkohol berlebihan, serta malas berolahraga atau terlalu banyak duduk yang memicu obesitas menjadi faktor utama yang bisa memperburuk tekanan darah tinggi.
Selain itu, penggunaan obat-obatan seperti pereda nyeri, dekongestan nasal, kontrasepsi oral, atau obat herbal ternyata bisa mengurangi efektivitas obat hipertensi.
Penyebab lain yang mendasari tekanan darah tinggi resisten, termasuk gangguan hormonal seperti aldosteronisme primer, pheochromocytoma, dan sindrom Cushing, serta gangguan struktural seperti sleep apnea, stenosis arteri ginjal, atau gagal ginjal.
Tanda-tanda Hipertensi Resisten
Perlu Anda ketahui kalau tekanan darah tinggi resisten biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas, mirip dengan hipertensi pada umumnya. Jadi tidak heran kalau penderitanya tidak mengetahuinya sampai muncul komplikasi serius, seperti gagal ginjal atau penyakit jantung.
Tapi, jika tekanan darah meningkat sangat tinggi bahkan bisa mencapai 180/120 mmHg atau lebih, kondisi ini disebut sebagai krisis hipertensi dan dapat menyebabkan berbagai gejala serius, termasuk kematian.
Karena itulah, perlu Anda pahami berbagai gejala hipertensi resisten, seperti nyeri dada, sesak napas, sakit kepala berat, penglihatan buram, pusing, mimisan, mual, muntah, hingga penurunan kesadaran.
Tanda-tanda tersebut mirip seperti gejala hipertensi pada umumnya. Dalam situasi ini, tekanan darah yang tidak terkontrol bisa memicu komplikasi berbahaya seperti serangan jantung, stroke, atau kerusakan organ lainnya.
Oleh karena itu, lakukan deteksi dini dan penanganan hipertensi ini dengan cepat agar bisa mencegah risiko yang lebih besar.
Cara Menangani Hipertensi Resisten
Tekanan darah tinggi resisten memerlukan cara penanganan yang lebih kompleks daripada hipertensi biasa. Jika kondisi ini terjadi karena masalah sekunder seperti gangguan hormon, sleep apnea, atau gagal ginjal, maka dokter akan lebih fokus mengatasi penyebab utamanya terlebih dahulu.
Selain itu, cara mengatasi hipertensi resisten juga menggabungkan konsumsi obat yang tepat dan perubahan gaya hidup sehat. Ini penting untuk memastikan tekanan darah dapat terkendali secara efektif.
1. Penggunaan Obat yang Tepat
Cara menangani jenis tekanan darah tinggi ini paling utama yaitu menggunakan obat-obatan yang tepat. Menurut Cleveland Clinic, sekitar 40% kasus hipertensi jenis resisten terjadi akibat pasien tidak mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter.
Karena itulah, pasien harus memastikan untuk minum obat hipertensi resisten sesuai dosis dan waktu yang dokter tentukan. Penting juga untuk tidak menghentikan atau mengganti obatnya secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter.
Jika tekanan darah masih tinggi meski sudah mengikuti instruksi dokter, maka dokter mungkin akan menambahkan satu atau dua jenis obat tambahan lainnya.
Secara umum, tiga jenis obat paling penting untuk hipertensi meliputi diuretik, calcium channel blocker, dan ACE inhibitor atau ARB. Hanya saja, tergantung dari kondisi pasien, dokter mungkin juga akan meningkatkan dosisnya atau meresepkan aldosterone receptor antagonist jika kadar kalium pasien cukup.
Obat lain yang cocok yakni obat beta blocker berfungsi untuk menghambat hormon yang dapat memicu peningkatan tekanan darah. Gabungan obat ini memang perlu Anda siapkan untuk mengelola tekanan darah tinggi resisten secara lebih efektif.
2. Mengubah Gaya Hidup
Selain pengobatan, mengubah gaya hidup sehat sangat penting dalam menangani hipertensi jenis ini.
Sering kali, pasien lupa kalau kebiasaan yang tidak sehat bisa mengurangi efektivitas obat dan memperburuk tekanan darah. Berikut adalah beberapa cara gaya hidup sekaligus pencegahan hipertensi resisten yang direkomendasikan untuk membantu mengelola tekanan darah:
- Diet DASH: Konsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan produk susu rendah lemak untuk menurunkan tekanan darah.
- Kurangi garam: Kurangi asupan garam sampai kurang dari 2.400 mg per hari untuk mencegah retensi cairan.
- Olahraga rutin: Lakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki, berenang, atau bersepeda kurang lebih selama 30 menit per hari.
- Berhenti merokok dan alkohol: Hindari kebiasaan yang dapat memperburuk tekanan darah tinggi.
- Kelola Stres: Lakukan meditasi, yoga, atau latihan pernapasan untuk mengurangi tekanan emosional.
Dengan mengonsumsi obat yang tepat secara teratur dan mengubah gaya hidup sehat, pastinya penderita hipertensi ini bisa mengontrol tekanan darahnya sekaligus mencegah komplikasi serius.
Jenis tekanan darah tinggi ini memang membutuhkan perhatian khusus dari pasien maupun dokter untuk memastikan tekanan darah bisa terkontrol dengan baik. Kalau mulai mengalami gejalanya, segera hubungi dokter agar hipertensi resisten bisa segera teratasi.