Hipertensi pada ibu hamil menjadi hal yang sangat serius jika tidak ditangani dengan baik karena bisa memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Hipertensi pada ibu hamil disebut tekanan darah tinggi gestasional atau preeklampsia, ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal selama masa kehamilan.
Faktor penyebab hipertensi yang terjadi pada ibu hamil sangat beragam, mulai dari riwayat kesehatan sebelum kehamilan, gaya hidup yang kurang sehat, hingga pengaruh hormonal.
Maka dari itulah, simak informasi Ketik Media terlebih dahulu apa saja penyebab tekanan darah tinggi saat kehamilan dan cara mencegahnya di bawah ini.
Penyebab Hipertensi pada Ibu Hamil
Kondisi ini tidak hanya berisiko saat proses kehamilan, tapi juga bisa mengakibatkan komplikasi serius kalau tidak segera ditangani dengan tepat. Ciri-ciri darah tinggi pada ibu hamil dimulai dari mudah pusing, pandangan kabur, jantung berdebar, sampai merasa lebih mudah mual dan muntah.
Karena itu, kenali dulu beberapa penyebab hipertensi yang bisa terjadi selama kehamilan berikut ini.
1. Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis pada ibu hamil disebabkan karena tekanan darah tinggi yang sudah ada sebelum kehamilan atau berkembang sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu.
Penyebab utamanya bisa saja dari faktor genetik, kebiasaan hidup tidak sehat seperti pola makan tinggi garam, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, serta riwayat hipertensi sebelum hamil.
Kondisi ini biasanya tidak menunjukkan gejala sehingga tidak mudah dideteksi tanpa adanya pemeriksaan tekanan darah lebih lanjut secara rutin.
Faktor risiko tambahan termasuk usia ibu yang lebih tua, riwayat keluarga dengan hipertensi, dan kondisi medis seperti diabetes atau penyakit ginjal.
2. Hipertensi Kronis dengan Preeklamsia
Dampak hipertensi pada ibu hamil yang kronis bisa berkembang menjadi hipertensi kronis dengan preeklamsia jika tekanan darah tidak terkontrol selama kehamilan. Kondisi ini terjadi akibat tekanan darah yang terus meningkat yang menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan fungsi ginjal, sehingga protein bocor ke dalam urine.
Penyebab utamanya berasal dari kondisi hipertensi yang sudah ada semakin buruk, disertai faktor risiko seperti kehamilan pertama, obesitas, atau penyakit kronis lainnya.
3. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional disebabkan oleh perubahan fisiologis selama kehamilan, seperti peningkatan volume darah dan beban kerja jantung yang memicu tekanan darah tinggi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Faktor pemicunya dari kehamilan pertama, usia ibu di atas 35 tahun, obesitas, riwayat keluarga yang terkena hipertensi, atau kehamilan kembar.
Kondisi ini biasanya bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan, tapi tetap saja membutuhkan pantauan dokter karena masih bisa mengalami risiko komplikasi.
4. Preeklamsia
Preeklamsia juga termasuk penyebab tekanan darah tinggi saat kehamilan yang disebabkan oleh gangguan fungsi pembuluh darah plasenta.
Kondisi tersebut nantinya akan memengaruhi aliran darah ke organ-organ vital ibu seperti ginjal, hati, dan otak. Gangguan ini menyebabkan tekanan darah meningkat dan protein bocor ke urine.
Selain itu, perubahan hormonal dan sistem imun selama kehamilan juga berkontribusi pada perkembangan preeklamsia.
Beberapa faktor risikonya mulai dari kehamilan pertama, usia lebih dari 40 tahun, obesitas, hamil kembar, riwayat preeklamsia dalam keluarga, sampai penyakit kronis seperti diabetes, lupus, atau hipertensi kronis.
Gejala preeklamsia meliputi sakit kepala parah, pembengkakan pada wajah dan tangan, sesak napas, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian atas, serta penurunan frekuensi buang air kecil.
Preeklamsia menjadi salah satu penyebab hipertensi pada ibu hamil trimester 3, bahkan dapat muncul setelah melahirkan (preeklamsia postpartum). Tanpa penanganan yang tepat, preeklamsia dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius seperti eklamsia.
5. Eklamsia
Eklamsia terjadi sebagai lanjutan dari preeklamsia yang tidak terkontrol, di mana tekanan darah tinggi yang ekstrem memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf pusat. Penyebab utamanya adalah kerusakan pembuluh darah yang memicu kejang atau kehilangan kesadaran.
Faktor-faktor yang memperburuk risiko eklamsia, yakni kurangnya penanganan medis terhadap preeklamsia, usia ibu yang lebih tua, serta riwayat hipertensi kronis atau penyakit pembuluh darah.
Kondisi ini adalah komplikasi hipertensi kehamilan yang paling berbahaya dan membutuhkan penanganan segera untuk menyelamatkan ibu dan janin.
Cara Mencegah Hipertensi pada Ibu Hamil
Mencegah hipertensi selama kehamilan adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah tekanan darah tinggi selama kehamilan.
1. Cek Kesehatan Saat Merencanakan Kehamilan
Langkah awal yang penting saat merencanakan kehamilan adalah menjalani pemeriksaan kesehatan, baik itu istri maupun suami. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi sekaligus melihat kondisi kesehatan yang berpotensi memengaruhi kehamilan, seperti hipertensi.
Setelah hasil pemeriksaan Anda dapatkan, konsultasikan dengan dokter untuk merencanakan kehamilan yang aman dan sehat bersama pasangan.
2. Rutin Pemeriksaan Saat Menjalani Kehamilan
Tidak jarang hipertensi ketika hamil tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga pemeriksaan kesehatan secara rutin sangat penting. Pemeriksaan ini membantu memastikan kondisi kesehatan ibu dan janin tetap stabil.
Menurut American Heart Association, deteksi dini melalui pemeriksaan teratur bisa mencegah komplikasi serius akibat hipertensi kehamilan.
3. Konsumsi Makanan Sehat dan Bergizi
Pola makan sehat berperan penting dalam mengontrol tekanan darah selama kehamilan. Karena itu, ada baiknya konsumsi makanan yang kaya akan potasium, magnesium, dan serat, seperti buah, sayur, dan biji-bijian.
Kurangi makanan yang terlalu banyak garam dan gunakan perasa alami untuk menjaga cita rasa makanan. Bisa saja mengonsumsi jus penurun darah tinggi saat hamil dengan porsi yang tepat.
4. Jangan Stres
Sudah bukan rahasia lagi kalau stres berlebihan selama kehamilan dapat memengaruhi tekanan darah. Untuk mengontrolnya, ibu hamil perlu melakukan aktivitas fisik ringan seperti yoga, meditasi, atau senam hamil.
Selain menurunkan stres, olahraga ringan juga bisa membantu mempersiapkan tubuh untuk proses persalinan yang lebih lancar, terutama untuk persalinan normal.
5. Hindari Rokok dan Alkohol
Kebiasaan merokok dan minum alkohol sangat berbahaya untuk ibu hamil. Keduanya bisa dengan cepat meningkatkan tekanan darah dan membahayakan kesehatan ibu dan janin.
Kalau menghindari kebiasaan ini, ibu hamil bisa menjaga kondisi tubuh tetap optimal dan meminimalkan risiko hipertensi.
6. Hindari Kenaikan Berat Badan Berlebihan
Walaupun ibu hamil wajib memenuhi kebutuhan nutrisi, penting untuk menjaga asupan makanan agar tidak berlebihan.
Kenaikan berat badan yang berlebihan tentu akan menyebabkan obesitas yang menjadi salah satu faktor risiko hipertensi. Atur pola makan yang seimbang untuk mendukung kehamilan yang sehat.
Cara Menangani Hipertensi dalam Kehamilan
Penanganan hipertensi pada ibu hamil membutuhkan pemantauan ketat dari dokter kandungan melalui pemeriksaan rutin sesuai jadwal. Dokter biasanya akan memberikan resep obat penurun tekanan darah yang aman untuk kehamilan agar tidak membahayakan janin.
Ibu hamil juga harus mematuhi dosis dan petunjuk dokter dalam mengonsumsi obat, serta tidak menghentikan pengobatan tanpa konsultasi terlebih dahulu.
Selain itu, penting untuk menjaga gaya hidup sehat dengan berolahraga ringan secara teratur, mengonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, mengelola stres, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan minuman beralkohol.
Usahakan jangan sampai tekanan darah ibu hamil 150/100, karena sudah termasuk hipertensi sedang. Mencegah hipertensi saat kehamilan membutuhkan gaya hidup sehat dan pemantauan medis yang tepat.
Dengan penanganan yang tepat, hipertensi pada ibu hamil bisa Anda minimalisir. Ini membuat proses persalinan lancar dan bayi tetap sehat tanpa adanya komplikasi terkait tekanan darah tinggi.