Hipertensi pada anak mungkin terdengar jarang terjadi. Tetapi kenyataannya, kondisi ini semakin sering terjadi di zaman sekarang.
Faktor-faktor pemicunya seperti pola makan yang tidak sehat, obesitas, sampai riwayat keluarga dengan hipertensi. Hal tersebut membawa pengaruh besar terhadap peningkatan tekanan darah pada anak.
Gaya hidup yang tidak sehat di masa anak-anak seperti terlalu banyak duduk di depan layar dan jarang melakukan aktivitas fisik juga bisa memicu terjadinya hipertensi pada usia dini.
Meski sering kali tidak menunjukkan gejala jelas, hipertensi yang terjadi pada anak bisa membawa dampak serius terhadap kesehatan mereka di masa depan, termasuk risiko penyakit jantung dan ginjal.
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab hipertensi yang bisa muncul di usia dini serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya.
Penyebab Hipertensi pada Anak
Hipertensi yang anak-anak alami menjadi kondisi yang membutuhkan perhatian khusus karena dapat memengaruhi kesehatan mereka di masa depan. Anak-anak bisa mengalami tekanan darah tinggi karena berbagai faktor.
Beberapa di antaranya adalah kebiasaan tidak sehat seperti pola makan tinggi garam, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, atau adanya penyakit bawaan sejak lahir.
Berikut beberapa penyebab utama hipertensi yang terjadi pada anak untuk Anda pahami.
1. Banyak Asupan Garam
Garam memiliki sifat menyerap air yang bisa meningkatkan volume cairan dalam pembuluh darah. Ketika anak mengonsumsi terlalu banyak makanan asin, tekanan dalam pembuluh darah meningkat karena aliran darah yang berlebihan.
Di saat itulah membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.
Konsumsi makanan yang banyak garam seperti makanan cepat saji, camilan kemasan, dan makanan olahan menjadi salah satu penyebab utama yang sering kali orang tua abaikan.
Jika kebiasaan ini terus berjalan, dampaknya tidak hanya meningkatkan risiko hipertensi. Ini juga berpotensi memunculkan masalah kesehatan lain seperti gangguan fungsi ginjal dan penyakit jantung.
2. Obesitas
Selain asupan garam yang berlebihan, kelebihan berat badan atau obesitas juga menjadi salah satu penyebab utamanya.
Anak yang mengalami obesitas cenderung memiliki jaringan lemak berlebih yang memengaruhi kerja pembuluh darah dan jantung.
Lemak yang menumpuk bisa meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dan menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan akhirnya memicu tekanan darah tinggi.
Hipertensi akibat obesitas lebih sering terjadi pada anak-anak usia 7 tahun ke atas. Kemungkinannya semakin besar terutama pada mereka yang memiliki pola makan tinggi kalori dan sangat minim aktivitas fisik.
3. Penyakit Bawaan Sejak Lahir
Hipertensi pada anak-anak di bawah usia 6 tahun juga bisa terjadi karena penyakit bawaan sejak lahir.
Beberapa penyakit seperti kelainan jantung bawaan, penyakit ginjal, gangguan hormonal, atau kelainan genetik bisa saja memengaruhi regulasi tekanan darah dalam tubuh.
Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan sistem kardiovaskular anak bekerja secara tidak normal dan tekanan darah akan meningkat.
Penting untuk mendeteksi penyakit bawaan ini sedini mungkin melalui pemeriksaan medis. Anak-anak dengan riwayat penyakit bawaan biasanya membutuhkan pengawasan medis khusus dan pengobatan yang sesuai dengan kondisi mereka.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik juga menjadi salah satu penyebab hipertensi yang sangat umum pada anak. Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan aktivitas depan layar, seperti bermain game atau menonton TV justru memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi.
Kurangnya gerak tubuh membuat pembuluh darah kurang elastis, sehingga tekanan darah cenderung meningkat.
Selain itu, anak laki-laki, anak yang lahir prematur, anak yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, atau anak yang menjadi perokok pasif juga lebih rentan mengalami hipertensi.
Beberapa kondisi lainnya, seperti diabetes tipe 2, kolesterol tinggi, gangguan tidur, dan konsumsi obat tertentu, juga bisa memperburuk risiko tekanan darah tinggi pada anak.
Gejala Hipertensi pada Anak
Hipertensi di usia dini umumnya sulit dikenali karena pada tahap awal biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas. Tapi kalau dibiarkan tanpa penanganan apapun, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan berbagai keluhan yang berdampak serius pada kesehatan anak.
Ciri-ciri hipertensi pada bayi baru lahir, yakni sesak napas, keringat berlebihan, gelisah, pucat atau sianosis (kebiruan pada kulit), muntah tanpa sebab, dan kejang.
Sementara itu, gejala pada anak yang lebih besar mulai dari tubuh lemas, mudah lelah, sakit kepala mendadak, penglihatan kabur, mual, mimisan tanpa sebab, kejang, nyeri dada, sampai penurunan nafsu makan.
Karena gejalanya kebanyakan samar, pemeriksaan tekanan darah pada anak secara berkala sangat penting untuk deteksi dini dan mencegah komplikasi.
Mencegah dan Mengatasi Hipertensi pada Anak
Tekanan darah tinggi pada anak dapat dicegah dan diatasi dengan berbagai cara, termasuk perubahan gaya hidup sehat serta melakukan pengobatan medis secara teratur jika diperlukan.
Apakah hipertensi pada anak bisa sembuh? Tentunya bisa sembuh kalau orang tua juga berperan aktif membantu membiasakan anak pola hidup sehat. Secara umum, penanganannya mirip dengan yang diterapkan pada orang dewasa, namun perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan usia anak.
Langkah-langkah pencegahan, seperti pola makan sehat, olahraga teratur, serta pemeriksaan tekanan darah secara berkala, menjadi kunci utama dalam menjaga tekanan darah anak tetap normal.
1. Menjalankan Diet Antihipertensi
Mengonsumsi makanan yang sehat menjadi salah satu cara pencegahan hipertensi pada anak. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) sering direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah.
Diet ini mengharuskan penderitanya mengurangi asupan garam, lemak, serta makanan dan minuman manis, termasuk jus kemasan. Ada baiknya kalau anak diberikan lebih banyak sayur, buah, dan biji-bijian yang kaya serat dan rendah kalori.
Makanan untuk hipertensi pada anak bisa disesuaikan dengan kandungan kalori sesuai kebutuhan dan usianya. Dengan pola makan seperti ini, tekanan darah dapat lebih mudah dikendalikan, sehingga risiko komplikasi berkurang.
2. Rutin Berolahraga dan Aktif Bergerak
Aktivitas fisik terbukti memberikan dampak besar untuk kesehatan pembuluh darah dan jantung. Tidak heran aktif bergerak sangat berperan penting dalam menurunkan tekanan darah.
Kalau anak sudah lebih aktif bergerak secara rutin, maka risiko hipertensi akan lebih rendah.
Disarankan agar anak berolahraga selama 30–60 menit sehari, setidaknya 3–5 kali per minggu.
Pilihlah jenis olahraga yang menyenangkan dan sesuai dengan usia anak, seperti bersepeda, berenang, atau bermain bola untuk memastikan mereka tetap aktif dan sehat dengan cara yang menyenangkan.
3. Konsumsi Obat Penurun Tekanan Darah
Kalau perubahan gaya hidup belum cukup untuk mengendalikan tekanan darah, dokter mungkin akan meresepkan obat hipertensi pada anak.
Pemberian obat ini umumnya bersifat sementara, hanya saja pada beberapa kasus, anak mungkin tetap membutuhkan pengobatan jangka panjang tergantung kondisi kesehatannya.
Ada pula kalau sudah cukup parah kondisinya, dokter akan menyarankan terapi hipertensi pada anak. Karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter secara berkala agar memastikan tekanan darah anak tetap dalam batas normal.
Cara mengatasi hipertensi pada anak sekaligus pencegahannya tentu membutuhkan perhatian serius dari orang tua serta kerja sama dengan tenaga medis.
Dengan membiasakan gaya hidup sehat sejak dini, risiko komplikasi jangka panjang akibat tekanan darah tinggi pada anak bisa diminimalkan. Menjaga tekanan darah anak tetap normal pastinya sudah menjadi salah satu tugas orang tua agar terhindar dari hipertensi pada anak.