Mengenal Jenis Gangguan Sistem Imunitas dan Solusinya

gangguan sistem imunitas

Ada berbagai jenis gangguan sistem imunitas yang ada di luar sana. Gangguan ini perlu segera diatasi karena membuat fisik seseorang berpotensi mengalami berbagai penyakit. 

Masalah imunitas sendiri sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Ini tentu bukan perilaku yang bijak mengingat upaya menjaga sistem imunitas supaya dalam kondisi prima bukanlah hal yang terlalu sulit.

Jenis Gangguan Sistem Imunitas

Ada berbagai jenis gangguan pada sistem imunitas yang ada di luar sana. Berikut beberapa jenis dari gangguan tersebut:

1. Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun adalah gangguan di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, menganggapnya sebagai benda asing yang berbahaya. Normalnya, sistem imun melindungi tubuh dari infeksi dengan menyerang bakteri, virus, dan patogen lainnya. 

Namun, dalam kasus penyakit autoimun, sistem ini salah mengenali sel-sel tubuh yang sehat sebagai ancaman. Ini menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan jaringan pada organ yang terdampak. 

Banyak orang bertanya apakah penyakit autoimun menular. Walaupun tidak menular, Anda tetap harus mempertanyakan hal ini.

Contoh penyakit autoimun termasuk lupus, yang mempengaruhi berbagai organ tubuh, rheumatoid arthritis yang menyerang sendi, dan multiple sclerosis yang memengaruhi sistem saraf pusat. 

Penyebab pasti gangguan dari sistem imunitas belum sepenuhnya diketahui. Tetapi faktor genetik, lingkungan, dan infeksi tertentu dianggap berperan dalam kemunculannya.

2. Alergi

Alergi adalah respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap zat-zat yang biasanya tidak berbahaya, seperti debu, serbuk bunga, makanan tertentu, atau bulu hewan. 

Baca Juga:  5 Klinik Gigi Murah di Makassar Fasilitas Lengkap

Ketika seseorang dengan alergi terpapar alergen, tubuh mereka menghasilkan antibodi imunoglobulin E (IgE), yang memicu pelepasan histamin dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan gejala alergi. 

Gejala ini bisa berkisar dari yang ringan, seperti bersin dan ruam, hingga yang berat seperti anafilaksis, yang dapat mengancam nyawa. Beberapa alergi yang umum termasuk alergi makanan, alergi musiman, alergi obat, dan alergi terhadap hewan peliharaan. 

Penanganan alergi biasanya melibatkan penghindaran alergen dan penggunaan obat-obatan seperti antihistamin atau epinefrin untuk mengatasi reaksi alergi yang parah.

3. Imunodefisiensi

Gangguan imunodefisiensi terjadi ketika sistem imunitas tubuh tidak memiliki komponen yang cukup atau tidak bekerja dengan baik sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Imunodefisiensi dapat bersifat bawaan atau didapat. 

Contoh imunodefisiensi bawaan adalah Defisiensi Imun Kombinasi Parah (SCID), di mana tubuh tidak dapat memproduksi sel-sel kekebalan yang cukup. 

Imunodefisiensi yang didapat, seperti pada HIV/AIDS, terjadi ketika virus menghancurkan sel T, yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, membuat seseorang rentan terhadap infeksi oportunistik. 

Orang dengan imunodefisiensi sering mengalami infeksi berulang dan lebih sulit sembuh dari penyakit. Pengobatan imunodefisiensi melibatkan terapi penggantian imun, terapi antiretroviral untuk HIV, atau transplantasi sumsum tulang pada kasus-kasus tertentu.

4. Gangguan Hipersensitivitas

Gangguan pada sistem imunitas ini melibatkan respons imun yang berlebihan terhadap zat atau rangsangan yang seharusnya tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Ada empat tipe utama hipersensitivitas. 

Tipe I (reaksi alergi cepat) biasanya melibatkan alergen seperti serbuk bunga atau makanan tertentu yang memicu pelepasan histamin secara cepat, menyebabkan gejala seperti gatal, pembengkakan, atau syok anafilaksis. 

Hipersensitivitas tipe II (mediasi antibodi) menyebabkan sel tubuh hancur akibat antibodi yang menyerang jaringan sehat, seperti pada anemia hemolitik. 

Baca Juga:  Program Diet Sehat Pengaruh Besar terhadap Kesehatan Mental

Hipersensitivitas tipe III (kompleks imun) terjadi ketika kompleks antigen-antibodi mengendap di jaringan dan memicu peradangan, misalnya pada lupus. 

Tipe IV (hipersensitivitas tertunda), yang melibatkan reaksi sel T, biasanya terjadi dalam 48-72 jam setelah paparan antigen, contohnya dermatitis kontak. Setiap tipe memerlukan penanganan yang spesifik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan tubuh.

Penting untuk terus memastikan kalau fisik berada pada kondisi prima saat beraktivitas. Untuk menjamin hal ini, pahami jenis gangguan sistem imunitas beserta solusinya.