Ragam Tarian Adat Suku Sunda, Sejarah dan Makna Filosofisnya

Ragam Tarian Adat Suku Sunda, Sejarah dan Makna Filosofisnya
Tari Jaipong, Tarian Adat Suku Sunda

Ketikmedia.comTarian adat suku Sunda jadi salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan sampai sekarang. Tarian adat bisa melestarikan identitas bangsa, menampung nilai filosofis, sejarah, hingga tradisi dari generasi ke generasi.

Suku Sunda adalah suku bangsa Autronesia yang mendiami bagian barat pulau Jawa di Indonesia. Suku ini tentu memiliki bahasa dan budaya yang khas, salah satunya adalah tarian. Bagi Anda yang ingin tahu apa tarian adat suku Sunda, simak penjelasan dari Ketik Media berikut!

Budaya Tari Adat Suku Sunda

Tarian adat suku Sunda adalah ragam kesenian tari dan kreasi tradisional masyarakat yang sudah turun temurun. Salah satu tarian yang paling terkenal di suku Sunda Jawa Barat adalah Tari Jaipong.

Bukan hanya sebatas Tari Jaipong saja, melainkan ada beberapa tarian khas lainnya yang menjadi ciri dari suku Sunda. Berikut ragam tarian adat suku Sunda:

1. Tari Ketuk Tilu

  • Sejarah:

Ketuk Tilu jadi salah satu tarian adat tradisional suku Sunda yang dianggap sebagai cikal bakal Tari Jaipong yang lebih populer. Dalam sejarahnya, Tari Ketuk Tilu sebelumnya adalah tari yang digunakan untuk ungkapan syukur saat panen tiba dan upacara keselamatan. Namun saat ini juga  digunakan sebagai tari pergaulan dan hiburan rakyat.

  • Makna Filosofis:

Makna tersirat dari tarian ini ada pada penamaannya. Penamaan Tari Ketuk Tilu berasal dari alat pengiring tariannya sendiri. Alat musik itu terdiri atas 3 ketuk (bonang) yang bisa mengeluarkan suara, yaitu pola rebab, kendang indung (gendang besar), dan kendang kulanter (gendang kecil).

Sedangkan makna tersurat Tari Ketuk Tilu bisa Anda lihat dari gerakan, alat musik pengiring, serta ekspresi para penari. Pada tarian ini menampilkan ekspresi dan gerakan kegembiraan, sehingga bisa disimpulkan bahwa makna tarian Ketuk Tilu sebagai wujud kegembiraan masyarakat.

Baca Juga:  Apakah Kepanjangan Dari BPUPKI: Sejarah, Tokoh, dan Hasil Sidang

  • Fungsi Tarian:

Tari Ketuk Tilu berfungsi sebagai hiburan dan wujud syukur. Masyarakat suku Sunda Jawa Barat mengungkapkan bentuk syukur atas keberhasilan panennya melalui Tari Ketuk Tilu ini.

  • Properti dan Ragam Gerakan:

Properti yang digunakan pada Tari Ketuk Tilu adalah Selendang dan Golok. Sedangkan gerakannya terdiri atas 8 gerakan, yaitu 1) Gerakan Bayang Kehidupan Wayang, 2) Emprak, 3) Depok, 4) Gibas/Ling, 5) Gentus, 6) Jaga Diri Irama, 7) Ketangkasan Kehidupan, 8) Gerakan Penutup.

2. Tari Jaipong

  • Sejarah:

Jaipong adalah tarian adat khas suku Sunda paling populer. Tari Jaipong berkembang di era tahun 1960-an. Awalnya Tari Jaipong terkenal dengan sebutan Tari Banjet. Jaipong adalah inovasi tari yang dibuat oleh seniman legend yang berasal dari daerah Karawang bernama H. Suanda.

  • Makna Filosofis:

Tari Jaipong adalah representasi dari semangat, keceriaan, dan keharmonisan hidup masyarakat Sunda. Selain itu, tari ini juga melambangkan keberanian, kelincahan, kemandirian, dan keanggunan perempuan Sunda modern yang enerjik dan tidak menyerah pada stereotip.

  • Fungsi Tarian:

Pada dasarnya, fungsi Tari Jaipong mencakup beberapa hal, yaitu untuk hiburan publik, sarana pelestarian dan pengembangan budaya Sunda, alat promosi pariwisata dan budaya, sarana pendidikan, dll.

  • Ragam Gerakan:

Tari Jaipong punya pola gerakan yang cukup penting, diantaranya 1) Bukaan, 2) Pencungan, 3) Ngala, 4) Mincit.

3. Tari Merak

  • Sejarah:

Tari Merak diciptakan pertama kali oleh seniman sekaligus koreografer tari asal Jawa Barat bernama Raden Tjetjep Soemantri pada tahun 1950-an. Seniman tersebut terinspirasi dan mengambil gerakan-gerakan infah dari burung merak. Invoasi gerakan Tari Merak tidak hanya terkenal di Indonesia saja, melainkan sudah mencapai tingkat internasional.

  • Makna Filosofis:

Makna filosofis yang ditampilkan pada Tari Merak adalah gerakannya yang lembut, luwes, hingga tangkas yang mampu menarik perhatian penonton. Tarian ini menggambarkan tingkah laku merak jantan saat mendekati merak betina.

Baca Juga:  Cara Rockstar Academy Memunculkan Bakat Tari pada Anak

Merak jantan berusaha menunjukkan cintanya ke merak betina melalui cara memamerkan warna warni ekornya yang indah.

  • Fungsi Tarian:

Fungsi Tari Merak kebanyakan unbtuk penyambutan tamu. Selain itu, Tari Merak juga berfungsi sebagai tarian hiburan dan pengisi acara masyarakat.

  • Ragam Gerakan:

Tari Merak punya 11 gerakan dasar, meliputi 1) Galier, 2) Gilek, 3) Ukel, 4) Selut, 5) Tepak Bahu, 6) Capang, 7) Nyawang, 8) Lontang Kanan Kiri, 9) Duduk Deku, 10) Seser, 11) Sirig.

4. Tari Topeng

  • Sejarah:

Tari Topeng adalah tarian Sunda yang mudah dan sudah ada sejak abad ke-10 Masehi. Seiring berjalannya waktu, Tari Topeng mulai masuk ke beberapa daerah di Jawa Barat, salah satunya Cirebon. Saat mulai menyebar di Cirebon, Tari Topeng mulai menyatu dengan kesenian daerah yang menyimpan makna filosofisnya.

  • Makna Filosofis:

Tari Topeng menyimpan makna filosofi sebagai bentuk perwujudan perjalanan dan karakter manusia melalui berbagai fase kehidupan, mulai dari kelahiran hingga kematian, yang diwakili oleh berbagai jenis topeng dan gerakan tubuhnya.

Selain itu, pengemasan gerakan pada tarian ini juga sebagai bentuk penggambaran ketakwaan manusia dalam beragama.

  • Fungsi Tarian:

Fungsi Tari Topeng adalah sebagai bentuk hiburan, sarana upacara adat dan keagamaan, media penyebaran nilai-nilai pendidikan, dll.

  • Jenis Tari Topeng

Pada dasarnya, Tari Topeng terdiri atas beberapa jenis, yaitu 1) Topeng Panji, 2) Topeng Samba, 3) Topeng Rumyang, 4) Topeng Tumenggung, 5) Topeng Kelana.

5. Tari Sintren

  • Sejarah:

Tari Sintren adalah kesenian yang berasal dari suku Sunda, tepatnya di Cirebon, Jawa Barat. Tarian sintren ini masuk dalam kategori tari tunggal. Melansir dari buku karya Kusyoto yang berjudul Tanah Keramat Indramayu, sintren berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yakni ‘si’ dan ‘tren’.

Baca Juga:  Tips dan Trik Belajar Bahasa Jawa Krama Alus

Kata “si” merujuk pada panggilan dan “tren” yang berarti tri atau putri. Jadi, sintren artinya adalah “si putri” yang dalam konteks tarian merujuk pada si penari.

  • Makna Filosofis:

Makna filosofis yang menonjol dari Tari Sintren terdiri dari 2 hal, yaitu kurungan ayam dan uang. Kurungan ayam berbentuk melengkung menggambarkan fase kehidupan manusia. Maknanya, manusia ada kalanya berada di atas, dan ada pula fase di bawah.

Sedangkan uang yang dilempar oleh penonton ke penari yang membuat mereka menjadi jatuh bermakna kehidupan manusia tidak harus selalu mendahulukan hal duniawi. Sikap terlalu serakah akan membuat manusia jatuh.

  • Fungsi Tarian:

Pada dasarnya, Tari Sintren punya fungsi beragam. Tapi fungsi Tari Sintren secara umum, yaitu sebagai media ritual dan penyampaian pesan spiritual, hingga sebagai hiburan dan sarana dakwah.

  • Syarat Tari Sintren:

Berbeda dari jenis tarian suku Sunda sebelumnya, Tari Sintren punya syarat khusus kepada penari sebelum memainkan tarian ini. Bagi wanita yang ingin menjadi penari Sintren, sebelumnya harus dalam keadaan suci dan bersih.

Jadi sebelum melakukan pementasan, sang penari akan berpuasa terlebih dahulu. Tujuannya agar ruh tidak mengalami kesulitan saat akan memasuki tubuh sang penari. Sebab, selama melakukan pementasan, penari sintren akan melakukan gerakan tarian dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Dari penjelasan di atas, tentu Anda sudah tahu beberapa tarian adat khas Sunda Jawa Barat. Mulai dari Tari Ketuk Tilu hingga Tari Sintren, semuanya punya makna filosofis yang berbeda. Oleh sebab itu, semua jenis tarian adat suku Sunda harus selalu dilestarikan.