Ketikmedia.com – Berapa gaji dosen di Jepang? Menjadi pekerja di negeri matahari terbit, kini menjadi trend tersendiri kalangan pemuda lokal. Jumlah tenaga kerja dari Indonesia sendiri terus mengalami pertambahan seiring berjalannya waktu. Data dari tahun 2024, misalnya, memperlihatkan terdapat lebih dari 100 ribu WNI di Jepang yang aktif mencari sesuap nasi. Mereka umumnya bekerja sebagai caregiver lansia, pekerja di sektor pertanian, buruh manufaktur, hingga industri pangan. Gaji yang mereka peroleh pun beragam dari yang 150 rib yen atau 17 juta sampai 300 ribu yen atau 30 jutaan per bulan.
Tren ini tak pelak memicu banyak pertanyaan di muka publik: apakah memungkinkan WNI bekerja di sektor pendidikan sebagai dosen? Bagaimana dengan gajinya?
Berapa Gaji Dosen di Jepang?
Berdasarkan data dari MEXT atau Kementrian Pendidikan Jepang, rata-rata gaji dosen universitas di Jepang adalah sekitar 5-10an juta yen per tahun atau 500 juta hingga 1 milyar rupiah. Di Tokyo, gaji dosen bisa lebih tinggi, mencapai sekitar ¥14.116.588 atau Rp1.680.963.772 per tahun. Perlu dicatat bahwa gaji dosen di Jepang dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari lokasi universitas, jabatan akademik, hingga pengalaman mengajar.
Tabel Gaji Dosen di Jepang
Berdasarkan data yang kami himpun dari website-website universitas Jepang, berikut ini perkiraan gaji dosen di sana.
Lokasi Jabatan Gaji Per Tahun Tokyo Asisten Ahli – Profesor 5 hingga 14 juta Hokkaido Asisten Ahli – Profesor 5 hingga 12 juta Okayama Asisten Ahli – Profesor 5 hingga 12 juta Yokohama Asisten Ahli – Profesor 5 hingga 12 juta Internasional Kebanyakan 7 Juta yen
Catatan: data bisa berubah mengikuti kebijakan masing-masing universitas dan pemerintah Jepang.
Bagaimana dengan Biaya Hidup di Jepang?
Dengan pendapatan hingga 1 milyar per tahun atau 83 juta rupiah per bulan, gaji dosen di negeri Sakura memang terkesan sangat fantastis. Bandingkan saja dengan gaji dosen di Indonesia yang umumnya hanya berada di kisaran angka 5-7 jutaan atau maksimal 20 jutaan saja per bulan.
Namun pertanyaannya, bagaimana dengan biaya hidup di negeri tersebut? Sebagaimana negara maju lainnya, ongkos hidup di Jepang tidaklah murah dilihat dari kacamata pemegang rupiah.
Berdasarkan informas terbaru, sewa apartemen di kota-kota besar seperti Tokyo, bisa memakan ¥70.000 hingga ¥150.000 per bulan hanya untuk studio kecil. Sedangkan di daerah pinggiran atau luar pusat kota, harga sewa bisa lebih rendah, sekitar ¥65.000.
Biaya makan di Jepang juga tergantung pada lokasi. Untuk membeli bahan makanan di supermarket, misalnya, biayanya bisa mencapai 40 ribu yen. Selain itu, ongkos transportasi juga wajib menjadi pertimbangan bagi WNI yang ingin merantau ke Jepang. Di Tokyo, biaya transportasi publik bervariasi, dengan tarif kereta bawah tanah atau bus di sekitar ¥200 hingga ¥500 per perjalanan atau sekitar 23 ribu hingga 50 ribu rupiah.
Secara rata-rata, biaya hidup di kota besar seperti Tokyo bisa mencapai sekitar 150 ribu yen hingga 250 ribu yen, atau sekitar Rp.17.861.580- Rp29.769.300 untuk 1 orang setiap bulannya. Sementara di daerah pinggiran atau kota kecil, biaya hidup dapat lebih rendah, dengan estimasi ¥100.000 hingga ¥180.000 (Rp11.907.720 – 21.433.896) untuk 1 orang.
Perbandingan Gaji Dosen di Jepang dan Biaya Hidupnya
Agar lebih jelas, berikut ini rincian data perbandingan antara upah dosen di Jepang dengan biaya hidupnya.
Lokasi Gaji Per Bulan Biaya Hidup Tokyo ¥416.666 – ¥1.166.666 (Rp49.355.296 – Rp138.194.971) ¥150.000 – ¥250.000 (Rp17.861.580 – Rp29.769.300) Luar Tokyo ¥416.666 – ¥833.333 (Rp49.355.296 – Rp98.710.710) ¥100.000 – ¥180.000 (Rp11.907.720 – Rp21.433.896)
Dari perbandingan ini, terlihat gaji dosen di Jepang sangat tinggi karena angkanya beberapa kali lipat dari nominal biaya hidup selama sebulan. Bila dibandingkan dengan di Indonesia, di mana beberapa dosen hanya mendapat 3 juta rupiah per bulan (dengan biaya hidup 3 – 5 jutaan), maka kesejahteraan dosen di Jepang sudah sangat baik.
Kisah Sukses Orang Indonesia Jadi Dosen di Jepang
Meski menggiurkan, bukan hal yang mudah untuk menjadi dosen di negeri matahari terbit. Jepang memang telah membuka diri untuk pekerja asing sejak beberapa tahun belakangan ini. Namun, umumnya hanya untuk pekerja blue collar khusus untuk warga negara berkembang.
Meski begitu, sudah ada beberapa WNI yang sukses bekerja sebagai dosen di Jepang. Beberapa tahun silam, Prof. Yumi Sugahara dikenal sebagai dosen berprestasi Jepang yang berasal dari Indonesia. Lulus dari Prodi Indonesia di Tokyo University of Foreign Studies pada dekade 90an, ia meraih gelar doktor di universitas yang sama pada tahun 2002. Berikutnya, ada Ghozali Saputro yang juga mencatatkan namanya sebagai dosen di Jepang. Bekerja di APU, sebuah universitas di Oita, ia memantapkan diri sebagai pengajar Bahasa Indonesia.
Nah, demikian artikel Ketik Media penjelasan perbandingan gaji dosen di Jepang dan biaya hidupnya. Semoga bermanfaat.