Ketimedia, Bone – Sebuah kejadian yang menghebohkan masyarakat Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan terjadi pada Minggu (2/3) malam saat razia Bulan Ramadhan.
Sepasang kekasih berinisial AZ (30) dan WI (27) tertangkap oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Bone. Keduanya melakukan perbuatan mesum di sebuah wisma yang berlokasi di Kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur.
Penggerebekan ini berlangsung setelah salat tarawih, sekitar pukul 22.30 Wita. Kabid Binmas Satpol PP Bone, Junaedi, mengonfirmasi penangkapan tersebut.
“Sepasang kekasih kami amankan tadi malam di dalam kamar wisma. Keduanyatelah berbuat mesum,” ujarnya pada Senin (3/3).
Setelah tertangkap di Wisma Penyeberangan Bajoe, pasangan tersebut langsung dibawa ke Posko Terpadu Rujab Bupati Bone untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Di posko, keduanya menjelaskan mengenai alasan mereka berada di dalam satu kamar di tempat penginapan tersebut.
Pembinaan dan Peringatan bagi Pasangan yang Terjaring Razia Bulan Ramadhan
Junaedi menjelaskan bahwa setelah melakukan pemeriksaan awal, pihaknya juga memanggil keluarga dari masing-masing individu tersebut untuk hadir di posko. Hal ini berlangsung sebagai bentuk pembinaan dan peringatan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Tadi malam kami lakukan pembinaan kepada keduanya. Kami sudah serahkan ke keluarganya, dan meminta mereka untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi,” kata Junaedi.
Pihak keluarga harapannya dapat memberikan pengawasan lebih terhadap AZ dan WI agar mereka tidak kembali terlibat dalam tindakan yang melanggar norma dan nilai sosial masyarakat.
Menurut Junaedi, penggerebekan ini berlangsung sebagai bagian dari operasi rutin yang digelar Satpol PP Bone guna menjaga ketertiban umum, terutama di bulan suci Ramadan.
“Kami ingin memastikan bahwa masyarakat dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk tanpa adanya gangguan dari aktivitas yang negatif,” tambahnya.
Razia Akan Berlangsung Selama Bulan Ramadan
Kasatpol PP Bone, Andi Akbar, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengintensifkan patroli dan razia bulan Rumah untuk mengantisipasi kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu ketertiban masyarakat.
Ia menekankan bahwa tindakan ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang lebih kondusif dan nyaman bagi warga yang sedang fokus beribadah.
“Patroli dan razia akan terus kita intensifkan. Karena ini menyangkut kepentingan masyarakat yang sementara beribadah,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat diharapkan untuk ikut berperan dalam menjaga ketertiban dengan melaporkan jika ada aktivitas mencurigakan yang dapat mengganggu ketenangan lingkungan sekitar.
Andi Akbar juga menegaskan bahwa penginapan-penginapan di Bone harus lebih selektif dalam menerima tamu, terutama bagi mereka yang bukan pasangan suami-istri yang sah.
Ia mengimbau agar para pemilik wisma dan hotel dapat berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk menerapkan aturan ketat mengenai penyewaan kamar, terutama selama bulan Ramadan.
Reaksi Masyarakat terhadap Penggerebekan
Kejadian ini mendapatkan beragam reaksi dari masyarakat Bone. Sebagian besar warga mendukung langkah yang diambil oleh Satpol PP dalam menjaga moralitas dan ketertiban sosial.
Seorang warga, Rahmat (45), mengungkapkan bahwa tindakan ini sangat penting untuk menjaga norma agama dan budaya setempat.
“Kami sebagai masyarakat sangat mendukung upaya Satpol PP ini. Bone adalah daerah yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat. Jadi, tindakan seperti ini harus terus dilakukan agar tidak ada lagi pelanggaran norma sosial di lingkungan kita,” kata Rahmat.
Namun, ada juga sebagian masyarakat yang menilai bahwa razia ini harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih persuasif dan humanis.
Mereka berharap bahwa tindakan pencegahan seperti penyuluhan dan edukasi mengenai pentingnya menjaga moralitas di masyarakat juga bisa berlangsung.
“Kita memang harus menjaga moralitas masyarakat, tetapi harus ada pendekatan yang lebih edukatif juga. Mungkin bisa berlangsung sosialisasi dan pembinaan lebih awal agar tidak hanya menindak, tetapi juga mencegah,” ujar Siti.
Pentingnya Kesadaran Masyarakat dalam Menjaga Ketertiban
Kasus seperti ini bukanlah yang pertama terjadi di Bone. Dalam beberapa tahun terakhir, Satpol PP kerap melakukan razia serupa untuk menertibkan penginapan dan tempat-tempat yang sering berfungsi sebagai lokasi perbuatan asusila.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang kurang menyadari pentingnya menjaga nilai dan norma sosial yang berlaku di daerah tersebut.
Pihak berwenang terus mengingatkan bahwa menjaga ketertiban bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan aparat hukum. Ini juga menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
Kesadaran untuk menghormati nilai-nilai budaya dan agama yang mayoritas masyarakat Bone anut menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang lebih kondusif.
Di sisi lain, pemerintah daerah juga harapannya dapat menyediakan lebih banyak wadah edukasi bagi generasi muda. Ini supaya mereka lebih memahami pentingnya menjaga diri dan bertanggung jawab atas perilaku mereka di lingkungan sosial.