Ketik Media, Berita – Perguruan tinggi harus menjadi pioner kebudayaan dan peradaban. Bahkan lembaga pendidikan semacam ini harus berperan aktif menjaga peradaban purba yang ada di wilayah masing-masing. Jika tidak demikian, maka peradaban akan musnah tergerus globalisasi.
Pernyataan ini tersampaikan dari Menteri Budaya Republik Indonesia, Fadli Zon, ketika menghadiri sebuah acara Bincang Budaya di Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan hari ini. (15/1)
Menurut Fadli Zon, Unhas harus mengambil peran aktif sebagai pelestari peradaban purba khususnya yang berada di kawasan Sulsel. Dia juga menyinggung seputar situs destinasi purba Goa Leang Leang yang berada di Kabupaten Maros sebagai situs peradaban pra sejarah yang harus terjaga dengan baik.

“Saya menginginkan Unhas tetap aktif menjaga peradaban pra sejarah yang ada di Sulsel. Kampus juga harus membantu pemerintah mempromosikan situs-situs semacam ini. Karena budaya merupakan ikon dari kekayaan bangsa yang harus kita jaga bersama”, ungkap Fadli dalam sambutannya.
Budaya Indonesia Harus Menjadi The Power of Culture
Di Indonesia terdapat banyak keragaman situs budaya yang menjadi penanda tingginya peradaban masa lampau di tanah air. Tanpa terkecuali di Sulawesi Selatan yang memiliki satu situs pra sejarah paling populer yaitu Goa Leang-Leang.
Menurut Fadli Zon, Goa Leang-Leang merupakan situs pra sejarah yang berada di Sulawesi Selatan. Dia juga menyampaikan kalau goa tersebut merupakan situs budaya tertua yang berada di Sulsel. Oleh sebab itu, Menteri Kebudayaan ini berharap adanya pelestarian peradaban purba yang progresif dalam bentuk promosi komprehensif ke seluruh dunia.
“Budaya di Indonesia utamanya di Sulsel sudah mengakar dengan kuat. Itu harus dimanfaatkan dengan baik agar bisa menjadi The Power Of Culture yang membanggakan. Salah satunya Goa Leang-Leang yang harus menjadi identitas Indonesia sebagai negeri dengan peradaban lampau yang lestari”, demikian pernyataan Fadli Zon dalam sambutannya pada acara bincang Budaya di Unhas, Rabu pagi.
Budaya Indonesia Harus Bertahan dari Tekanan Global
Budaya dan peradaban lokal merupakan aspek berkehidupan yang terkadang carut marut jika sudah berhadapan dengan globalisasi. Apalagi saat ini ketika teknologi transisi pertukaran kebudayaan antar bangsa semakin masif yang justru berpotensi merusak kearifan lokal.
Pernyataan ini terungkap dari Prof. Dr. Jamaluddin Jompa MSc, selaku Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Sulawesi Selatan. Menurutnya, budaya dan kearifan lokal harus bisa bertahan dari gempuran tekanan globalisasi. Sedangkan mahasiswa harus menjadi pioner pertama sebagai penjaga peradaban lokal bangsa.
”Kita tidak bisa menghindari tekanan globalisasi di bidang budaya, kebudayaan bahkan peradaban. Tetapi kita harus menjaga dan mempertahankan budaya lokal kita. Semua mahasiswa harus tahu, budaya lokal Bugis Makasar itu, sangat pantas untuk menjadi kekuatan Indonesia dari segi kebudayaan. Oleh sebab itu, kehadiran bapak Menteri Kebudayaan ini harus menjadi penyemangat kita bersama”, Ungkap Prof Jamal dalam sambutannya.
Museum Modern Dibutuhkan untuk Menjaga Peradaban
Pembangunan museum merupakan satu strategi untuk menjaga peradaban Indonesia termasuk di Sulsel. Akan tetapi, taktik ini akan gagal jika ternyata masyarakat kurang tertarik untuk sekadar berkunjung melihat dokumentasi peradaban lampau yang berada di dalamnya. Karena alasan inilah muncul argumentasi tentang pentingnya pembangunan Museum Modern.
Pernyataan ini juga diaminkan oleh Prof. Jamaluddin. Menurutnya, Museum Modern dengan segala kelengkapan sarana dan pra sarananya bisa menjadi alat mempromosikan peradaban Sulsel yang bagus. Karena pengunjung pasti lebih tertarik untuk melakukan eksplorasi kebudayaan di dalamnya.
“Kami siap melestarikan kebudayaan kuno di Sulawesi Selatan. Bahkan pihak Unhas juga bersedia kalau nanti pemerintah ingin membangun Museum Modern di kampus ini. Tentunya itu demi kepentingan kita bersama dalam rangka menjaga peradaban purba yang ada di Sulsel dan Indonesia”, Pungkas Prof. Jamaluddin. (Ags)