Makassar kekeringan air dan kondisinya jauh lebih buruk dari apa yang banyak orang pikirkan. Musim kemarau yang terjadi di Makassar sudah terjadi sejak lama.
Itu membuat kondisi kekurangan air mulai terasa hingga akhirnya salah satu wilayah terpopuler di Sulawesi Selatan ini mendapatkan status siaga darurat. Status ini muncul setelah 12 kelurahan dari 3 kecamatan di sana terdampat masalah tersebut.
Awal Penetapan Siaga Darurat Makassar Kekeringan Air
Penetapan status siaga darurat saat Makassar kekeringan air bukan terjadi secara asal. Ini merupakan hasil asesmen dari BPBD atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang berada di Kota Makassar.
Penetapan ini sendiri sudah terjadi sejak bulan September 2024. Walaupun sudah terjadi sejak sebulan ke belakang, kondisinya semakin parah di awal bulan ini.
Parahnya kondisi tersebut menjadi alasan mengapa informasi terkait hal ini semakin menyebar. Jika kemarau terus terjadi, banyak orang khawatir kondisi kekeringan akan menyebar ke daerah lain di luar tempat yang sudah berstatus siaga darurat.
Penyebab Makassar Kekeringan Air
Kondisi kekeringan air yang terjadi di Kota Makassar terjadi karena dua penyebab utama. Berikut rincian dari kedua penyebabnya:
1. Rendahnya Curah Hujan
Penyebab utama mengapa kondisi kekeringan air terjadi adalah karena curah hujan yang sangat rendah di Kota Makassar. Ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Achmad Hendra Hakamuddin selaku Kepala Pelaksana BPBD.
“Data menunjukkan bahwa memang kondisi Makassar saat ini kan curah hujannya di bawah normal. Itu laporan dari BMKG sebagai mitra kita.” ujarnya pada hari Selasa (1/10/2024).
2. Kekurangan Pasokan Air Baku
Hendra melanjutkan kalau alasan kedua kekeringan air di Makassar adalah karena kekurangan stok air baku. Sebenarnya kekurangan stok yang terjadi merupakan dampak lanjutan dari rendahnya curah hujan yang sebelumnya sudah dijelaskan.
“Faktanya bahwa di beberapa wilayah Makassar, masyarakat mulai kekurangan sumber air bersih.” lanjut Hendra. Hendra menegaskan kalau pemerintah dan masyarakat perlu menanggapi dua penyebab ini secara serius.
Ini jadi alasan mengapa BPBD Kota Makassar langsung memberikan status siaga darurat walaupun banyak orang masih menganggap enteng permasalahan ini.
Hasil Asesmen BPBD Makassar
Terlihat data yang cukup mengejutkan terkait kekeringan air di Makassar saat melihat pada hasil Asesmen yang dilakukan oleh pihak BPBD. Sudah terlaporkan ada 37.308 jiwa dari 9.864 rumah yang mengalami kekeringan.
Ketiga kecamatan yang mengalami kekeringan sendiri adalah Tallo, Bontoala, dan Ujung Tanah di mana Tallo menjadi tempat yang paling terdampak. Total warga yang terdampak di Tallo mencapai 23.473 yang berasal dari 7.040 rumah.
Kelurahan yang terdampaknya sendiri antara lain Ujung Pandang Baru, Kaluku Bodoa, Tallo, Pannampu, dan Suangga. Untuk wilayah Ujung Tanah sendiri, adalah 5.878 warga dari 1.218 rumah yang terdampak masalah ini.
Para korban berasal dari kelurahan Gusung, Camba Berua, Cambayya, dan Pattingalloang. Terakhir untuk Kecamatan Bontoala, ada 7.957 jiwa dari 1.606 rumah yang terdampak masalah kekeringan. Korban berasal dari Kelurahan Bunga Ejaya, Layang, dan Bontoala Tua.
Hendra selaku kepala pelaksana BPBD melanjutkan kalau permasalahan kekurangan air bersih di Makassar bukan berarti wilayah-wilayah tersebut benar-benar kering. Sebenarnya suplai air bersih masih terjadi di beberapa titik.
Hanya saja suplainya sangat terganggu dan benar-benar kurang sehingga mengganggu aktivitas masyarakat. Hendra menjelaskan “Data tersebut bukan berarti airnya benar-benar kering tetapi suplai air bersihnya mengalami gangguan”.
Sebenarnya BPBD Makassar masih menjelaskan kalau status siaga darurat yang terjadi masih berada pada kondisi terkendali. Namun patut menjadi perhatian kalau kekeringan air di Makassar harus segera dicari jalan keluarnya.