Presiden RI Prabowo Subianto mengikuti KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20 yang berlangsung di Rio di Janeiro, Brasil pada Selasa (19/11). Pada konferensi tersebut, Prabowo menyebutkan alasan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur.
Alasan ini Prabowo jelaskan pada sesi ketiga dari KTT G20 yang membahas “Suistainable Development Energy Transition”. Ia menurutkan bahwa pemindahan ibu kota merupakan dampak dari naiknya permukaan air laut di pesisir utara Pulau Jawa.
Prabowo bahkan menjelaskan angka kenaikan yang terjadi. Menurutnya, kenaikan air laut mencapai 5 cm per tahun.
“Indonesia menderita dampak perubahan iklim secara langsung. Daerah pesisir kita kini terendam akibat naiknya permukaan air laut. Kami terpaksa memindahkan ibu kota kami. Di pesisir utara Jawa, kenaikan air laut sebesar lima sentimeter per tahun,” ujar Prabowo pada pidato yang rilis hari Rabu (20/11) di Youtube Sekretariat Presiden.
Penjelasan Prabowo di KTT G20 Brasil
Prabowo melanjutkan kalau kenaikan permukaan air laut ini memberikan banyak dampak buruk. Ia menjelaskan tentang para petani di pesisi utara Jawa yang sudah kehilangan ratusan ribu hektar lahan karena hal tersebut.
Hal tersebut meningkatkan potensi kemiskinan dan kelaparan yang terjadi di Indonesia. “Hal ini akan memperburuk kemiskinan dan kelaparan,” ucapnya.
Adanya dampak buruk membuat Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi bagian terdepan dalam mengatasi masalah ini.
Pengaplikasian Energi Ramah Lingkungan di Indonesia
Prabowo juga menegaskan kalau Indonesia akan berupaya semaksimal mungkin untuk memakai eneri yang bersifat ramah lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir dampak perubahan iklim di planet ini.
“Oleh karena itu, bagi Indonesia, tidak ada alternatif lain. Kami berkomitmen penuh untuk mengambil tindakan guna mengurangi suhu iklim, menyelamatkan lingkungan, dan mengatasi situasi ini. Kami berkomitmen untuk mencapai energi terbarukan dan ramah lingkungan. Kita diberkati dengan banyak sumber daya,” sambungnya.
Sang Presiden juga menginformasikan pengembangan teknologi di Indonesia yang menjadikan minyak sawit sebagai bahan bakar. Adanya berbagai pengembangan membuat Prabowo sangat yakin kalau Indonesia bisa mencapai situasi net zero di tahun 2050.
“Kita memiliki lebih dari cukup sinar matahari untuk bahan bakar energi berbasis surya. Kami memiliki sumber energi terbarukan lain dan itulah sebabnya kami sangat optimis dapat mencapai net zero sebelum tahun 2050,” ujar Prabowo.
Semua yang dijelaskan Presiden memperlihatkan bagaimana Indonesia sebenarnya berupaya untuk terus mengatasi dampak buruk perubahan iklim.
Pemindahan ibu kota juga merupakan dampak dari perubahan iklim tersebut. Namun untuk mencapai keberhasilan, setiap orang perlu mengambil peran dengan semaksimal mungkin menjaga lingkungan sekitarnya.