Angka inflasi Provinsi Sulsel pada bulan September 2024 sudah rilis dan berada di angka 1,67 persen. Rilis angka ini adalah untuk inflasi tahunan yang bersifat year on year di mana setiap daerah pasti memiliki angka inflasinya sendiri.
Walaupun 1,67 persen merupakan angka yang masih harus mengalami peningkatan, posisinya cukup baik dari standar nasional. Standar nasional untuk inflasi sendiri sekarang di angka 1,84 persen yang membuat Sulsel lebih rendah 0,21 persen.
Penjelasan Kepala BPS Mengenai Inflasi Sulsel
Kepala BPS yaitu Aryanto sudah mengeluarkan pernyataan resmi berkaitan dengan inflasi sulsel ini. Pada data yang ada di BPS, angka tersebut sudah mengalami deflasi month to month sebesar 0,09 persen.
IHK atau Indeks Harga Konsumen nya sendiri adalah sebesar 105,52 yang membuat keduanya berada pada tingkat yang masih dalam keadaan normal.
Aryanto menjelaskan pada Kamis (3/10/2024), “Deflasi terdalam terjadi di Watampone dan Kabupaten Luwu Timur yaitu sebesar 0,21 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Wajo yang berada di angka 0,07 persen. Untuk IHK sendiri, inflasi tertinggi berada di Kota Parepare yaitu di angka 0,35 persen”.
Deflasi yang terjadi sendiri merupakan akibat dari turunnya harga pada kelompok minuman, makanan, dan tembakau. Tidak berlebihan jika mengatakan kalau sektor pangan adalah penyebab utama dari penurunan tersebut.
Aryanto menambahkan, “Komoditas utama penyumbang deflasi month to month pada September 2024 adalah cabai merah, tomat, cabai rawit, bensin, dan beras”.
Pernyataan Sekda Terkait Inflasi Sulsel
Sekda Sulsel yaitu Jufri Rahman menjelaskan kalau inflasi yang terjadi di Sulsel masih bisa teratasi dengan baik karena adanya arahan yang efektif dari Pj Gubernur Sulsel yaitu Zudan Arif Fakrullah. Pemprov sendiri berjanji untuk terus berkolaborasi dengan BPS berkaitan dengan inflasi.
“Saya menganalogikan begini, BPS dalam proses pengendalian inflasinya seperti sebuah marka jalan. Sedangkan kami dari Pemprov yang mewakili Diskominfo, Perindustrian Perdagangan, dan BI adalah pengguna Jalannya. Kami semua wajib memperhatikan rambu-rambu yang ada dan terus berhati-hati” jelas Jufri.
Jufri menekankan kalau setiap stakeholder sudah memiliki kesiapan penuh untuk mengikuti arahan-arahan yang BPS berikan. Pihaknya juga akan melakukan pengawasan terus hingga akhir tahun dan beberapa momen khusus seperti Natal dan tahun baru.
Jufri menegaskan “Karena sebentar lagi akhir tahun, biasanya akan terjadi eskalasi aktivitas masyarakat karena Natal dan tahun baru. Bahan pokok dan transportasi pasti memengaruhi inflasi di momen ini dan Kami akan terus berkolaborasi dengan BPS untuk memantaunya.”
Poin Kunci Agar Inflasi Terus Terkendali
Ada beberapa poin kunci yang membuat Inflasi Sulsel bisa terus terkendali. Berikut beberapa poin kunci yang bisa menjadi perhatian utama:
- Stabilitas harga pangan: Memastikan pasokan bahan pokok, seperti beras, daging, dan sayuran, tetap stabil. Hal ini bisa dicapai dengan memperbaiki rantai distribusi dan mengelola produksi pangan lokal secara efektif.
- Pengendalian biaya energi: Memastikan ketersediaan dan stabilitas harga energi seperti listrik dan bahan bakar minyak (BBM) sangat penting karena biaya transportasi mempengaruhi harga barang secara keseluruhan.
- Koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia: Kebijakan moneter dan fiskal yang sinergis antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia dapat membantu mengendalikan inflasi, terutama dengan menjaga suku bunga dan mendorong investasi yang tepat.
- Peningkatan infrastruktur: Mengembangkan infrastruktur jalan, pelabuhan, dan transportasi untuk memudahkan distribusi barang antar wilayah di Sulsel, sehingga menurunkan biaya logistik.
- Pengelolaan inflasi yang responsif: Memonitor inflasi secara berkala dan responsif terhadap potensi kenaikan harga dengan langkah-langkah pencegahan yang cepat, seperti operasi pasar atau subsidi tertentu.
Penting juga bagi BPS dan Pemprov untuk terus berkolaborasi terkait hal ini. Adanya kolaborasi membuat inflasi Sulsel bisa terus terkendali.