Heboh Selat Muria Kembali Muncul, Penyebab Banjir Demak?

Selat Muria

Ketika musim penghujan datang, tidak jarang ada beberapa wilayah di Indonesia yang terkena banjir bandang. Pada tahun ini pun tidak jauh berbeda, termasuk di Kabupaten Demak. Namun, belakangan ini muncul konspirasi tentang Selat Muria di media sosial.

Perdebatan tentang konspirasi ini terjadi di media sosial X (Twitter) selama beberapa hari ke belakang. Hal ini diawali oleh cuitan akun pribadi @nuruzzaman2 dengan tajuk “benarkah Selat Muria akan hidup kembali” pada hari Selasa, 19 Maret 2024 silam.

Area Semenanjung Muria Rentan Terkena Banjir, Namun Tidak Pernah Separah Ini

Pada cuitan soal konspirasi Selat Muria tersebut, pemilik akun @nuruzzaman2 mengemukakan pendapatnya hingga dia menyimpulkan jika ada kemungkinan selat tersebut kembali muncul. Hal ini berkaitan dengan banjir bandang di Demak dan juga daerah sekitarnya.

Demak sendiri terletak di Semenanjung Muria dan kehadiran banjir di sana sudah bukan menjadi hal yang aneh lagi. Namun, ada yang berbeda dengan banjir Demak di tahun ini. Sebab, di awal tahun 2024 saja, sudah ada 2 banjir besar yang menghantam daerah ini.

Bukan hanya daerah Demak saja yang sempat mengalami banjir bandang, namun juga daerah di Semenanjung Muria lain, seperti Grobogan, Pati, dan Kudus. Pada zaman dahulu, daerah-daerah tersebut ada di pulau berbeda dan dipisahkan oleh Selat Muria. 

Selain itu, pemilik akun tersebut juga menunjukkan gambar yang berisi citra satelit Selat Muria pada tahun 2024, pada abad ke-7 dan pada abad ke-16. Pada citra tersebut terlihat bahwa pola aliran airnya sama persis, sehingga menguatkan teori satu ini. 

Pasca cuitan tersebut viral, ada banyak warganet yang membagikan pengalaman mereka di kolom komentar. Tidak sedikit dari mereka yang mengaku tinggal di area Semenanjung Muria dan menemukan hal yang biasanya hanya ada di laut, seperti batu karang.

Baca Juga:  La Nina Adalah Beserta Prediksi Kemunculannya

“Saya tinggal di Pati Selatan dan di daerah sekitar sungai ada banyak batu karang yang mirip seperti di laut, ternyata benar dugaan saya jika saya tinggal di Bikini Bottom,” jelas salah satu warganet.

“Kalo dilihat dari strukturnya memang batu karang jadi sepertinya selat tersebut benar ada dan dulunya daerah ini adalah laut purba,” jelas warganet lain.

Badan Riset dan Inovasi Nasional: Banjir Demak dan Selat Muria Tidak Berkaitan

Berkaitan tentang konspirasi yang sedang viral, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan jika tak ada hubungan antara Selat Muria dan banjir Demak. Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Eko Soebowo menegaskan sendiri tentang hal ini.

“Banjir ini murni terjadi karena cuaca ekstrem, sehingga sungai tidak bisa menampung air hujan dan pada akhirnya air tersebut meluap ke pemukiman,” jelas Eko.

Lebih jauh lagi, Eko menjelaskan jika munculnya selat tersebut tidak terjadi karena banjir, namun karena permukaan air laut yang naik. Hal ini karena secara logika memang tidak pernah ada banjir yang terjadi di lautan, jadi jelas penyebabnya bukan itu.

Namun, menurut Eko, kemunculan Selat Muria sangat mungkin terjadi karena permukaan tanah di semenanjung tersebut. Kini terus turun sekitar 10 cm per tahun. Selat tersebut bisa saja kembali muncul setelah sempat hilang 300 tahun lalu akibat sedimentasi.

“Perubahan permukaan air laut akibat iklim, eksploitasi air tanah, dan beban infrastruktur tanah akibat ulah manusia bisa membuat selat itu muncul kembali,” jelas Eko.

Penyebab Munculnya Bencana Banjir di Demak

Jadi, penyebab banjir di Demak adalah karena luapan air bah sungai, seperti apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini karena aliran sungai yang mengalami sedimentasi. Sehingga tidak mampu untuk menahan debit air dengan volume tinggi seperti saat ini.

Baca Juga:  5 Tanda yang Menunjukkan Hasil Rontgen Paru-Paru Basah

Tidak hanya perubahan alam saja yang membuat banjir ini terjadi. Namun juga karena ulah manusia tidak bertanggung jawab yang membabat hutan. Sehingga, air sungai tidak terserap oleh akar tumbuhan dan langsung menerjang pemukiman warga di sekitar sungai.

Selain itu, masyarakat juga terlalu sering mengambil air tanah di sekitar pesisir Pantai Utara Jawa. Hal ini menyebabkan permukaan tanah terus menurun setiap tahun. Sehingga jika banjir datang, efek yang ditimbulkan akan lebih serius dari tahun sebelumnya.

Absennya pemerintah dalam memberikan edukasi, sarana, dan prasarana mitigasi bencana juga merupakan faktor penting yang tidak boleh terlupakan. Hal ini karena Indonesia berada di area cincin api yang rawan bencana, jadi seharusnya pemerintah lebih siap.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat agar bencana banjir ini tidak lagi terulang di kemudian hari. Caranya adalah dengan memperbaiki tata guna lahan, membangun resapan air, dan menggunakan air tanah secukupnya saja. 

Jadi kesimpulannya, bukan kemunculan Selat Muria yang menyebabkan banjir di Kabupaten Demak, namun karena cuaca ekstrem dan juga kesalahan manusia. Maka dari itu, manusia jelas perlu lebih peduli terhadap alam agar bencana tidak mudah datang.