Berita  

6 Fakta Mengejutkan Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan

Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan

Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan, menjulang megah tepatnya pada Kabupaten Gowa. Salah satu destinasi wisata yang memikat hati dengan ketinggiannya yang mencapai 2.840 meter di atas permukaan laut.

Di lerengnya, ada Malino, tempat wisata yang memikat banyak pengunjung dengan keindahan alamnya.

Gunung ini bukan hanya ikon wisata, tetapi juga memiliki peran ekologis yang vital. Sebagai penampung air alami, Gunung Bawakaraeng menyediakan sumber daya air untuk berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Sinjai.

Anehnya pada Maret 2024, kawasan Gunung Bawakaraeng terjadi bencana longsor yang tragis, mengakibatkan puluhan korban jiwa dan ketidakstabilan daerah aliran sungai (DAS) setempat.

Di musim hujan, lumpur dari kaki gunung mengalir ke Bendungan Bilibili, bendungan terbesar di Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa. Bendungan ini adalah sumber utama air baku bagi wilayah Gowa dan Makassar, menjadikannya komponen penting dalam kesejahteraan masyarakat setempat.

Inilah 6 Fakta Mengejutkan Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan

Gunung Bawakaraeng bukan sekadar objek wisata atau pemandangan alam yang memukau. Ada enam fakta mengejutkan tentang Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan, membuat ANDA

1. Ungkap Mitos Gunung Bawakaraeng

Nama Gunung Bawakaraeng memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat setempat. ‘Bawa artinya mulut, sedangkan ‘Karaeng’ berarti Tuhan. Sehingga jika arti secara keseluruhan artinya adalah Gunung Mulut Tuhan, ngeri!

Baca Juga:  Siswa SMAN 17 Makassar Protes ke PDSS Demi Ikut SNBP

Penganut sinkretisme di wilayah ini meyakini bahwa gunung ini adalah tempat pertemuan para wali. Mereka menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.

Pada tanggal 10 Zulhijjah, mereka akan melaksanakan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau Gunung Lompobattang.

2. Dekat dengan Gunung Lompobattang

Menurut laman Gunung Bagging, Gunung Bawakaraeng merupakan salah satu tujuan pendakian paling populer di Sulawesi Selatan. Sebab lokasinya yang dekat dengan Makassar dan ketinggiannya yang cukup signifikan.

Pendakian menuju puncak memerlukan waktu sekitar 7-8 jam dari ujung jalan setapak. Tetangga terdekatnya, Moncong Lompobattang, sedikit lebih tinggi.

Akan tetapi, karena keterbatasan waktu, sebagian besar pendaki lebih memilih Gunung Bawakaraeng yang tetap memberikan pengalaman yang berharga.

3. Titik Awal Pendakian

Titik awal pendakian berada di desa Lembanna yang sangat menawan, dengan ketinggian 1.514 mdpl, sekitar 2,5 jam perjalanan dari Makassar.

Dalam perjalanan menuju Lembanna, Anda akan melewati resor bukit Malino yang populer, sekitar 2 jam dari Makassar. Malino terkenal dengan kebun stroberinya yang konon memiliki rasa terbaik di Indonesia.

4. Ramainya Pendaki

Pada awal pendakian di Lembanna, terdapat peta rute yang menunjukkan 10 Pos dengan sumber air yang ditandai dengan warna biru. Meski beberapa penanda ketinggian mungkin berbeda dari lokasi asli, jalur pendakian tetap jelas dan ramai, terutama di akhir pekan.

Anda mungkin akan bertemu dengan banyak pendaki lain dan juga Tata Rasyid, penjaga gunung yang sering merayakan perayaan keagamaan tradisional di gunung ini.

5. Ada Ladang Tomat Liar Beracun

Setelah melewati ladang tomat, bawang merah, dan wortel di Lembanna, pendakian berlanjut mengikuti aliran sungai kecil yang melewati hutan pinus.

Baca Juga:  Semakin Memanas! Kasus SD Pajjaiang Makassar, Minta Bantuan Kejari

Di sekitar Pos 1, terdapat tanaman tomat liar dengan buah kecil yang tidak dapat dimakan dan bahkan beracun, jadi hindari mencobanya.

6. Mitos Haji Bawakaraeng

Anda mungkin akan melihat jejak kaki sapi di jalan setapak dan mendengar gemerincing lonceng sapi, meskipun jarang bertemu dengan sapi secara langsung. Di Pos 4, terdapat kuburan tua yang menjadi tempat pemujaan leluhur.

Banyak keluarga setempat melakukan ziarah ke gunung ini, membawa perlengkapan piknik seperti sepanci nasi dan seember telur. Tradisi ziarah ini telah berlangsung selama beberapa abad dan dikenal dengan sebutan ‘Haji Bawakaraeng’.

Praktik ini pernah ditentang oleh pihak berwenang pada tahun 1960-an, dengan beberapa peziarah ditangkap atau bahkan dieksekusi karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam arus utama.

Jelajahi Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan dengan segala cerita dan misterinya, dari mitos yang mengelilinginya hingga tradisi ziarah yang unik, dan temukan keindahan serta makna spiritual yang tersembunyi.