Ketikmedia, Makassar – Aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) dengan tajuk “Indonesia Gelap” terus berlanjut hingga malam hari di Jalan AP Pettarani, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Para peserta aksi kembali turun ke jalan dan melakukan pembakaran ban. Ini mengakibatkan arus lalu lintas di sekitar lokasi menjadi tersendat dan pengendara harus mengurangi kecepatan kendaraannya.
Demo Mahasiswa UNM di Jl. AP Pettarani
Berdasarkan pantauan tim Ketikmedia pada Kamis (20/2/2025) sekitar pukul 20.00 Wita, sejumlah massa tampak berkumpul di kawasan sekitar Kampus UNM, tepatnya di Jalan Pendidikan.
Mereka terlihat mengumpulkan berbagai benda seperti batu, bambu, hingga balok kayu. Selain itu, aksi pembakaran ban juga dilakukan di ruas Jalan AP Pettarani pada jalur yang mengarah ke Jalan Sultan Alauddin.
Ini semakin memperlambat laju kendaraan yang melintas di area tersebut. Meskipun arus lalu lintas mengalami perlambatan, kendaraan masih dapat melewati jalan tersebut dengan hati-hati.
Belum Terlihat Aparat Kepolisian yang Mengamankan Kondisi
Hingga saat ini, belum terlihat adanya aparat kepolisian yang turun langsung ke lokasi untuk mengamankan situasi. Sebelumnya, massa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM telah menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Phinisi UNM pada sore hari.
Dalam aksi tersebut, mereka menyampaikan kritik terhadap kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
Setelah beberapa jam melakukan orasi dan menyuarakan tuntutan mereka, massa akhirnya membubarkan diri sekitar pukul 17.00 Wita. Setelah itu, massa kembali melanjutkan aksi mereka di malam hari.
“Bisa kita lihat hari ini banyak kemudian program-program yang dikeluarkan oleh kebijakan dari rezim Prabowo-Gibran. Nah, atas itu tersebutlah yang tidak berpihak pada rakyat inilah yang menghadirkan kami kembali turun ke jalan,” ujar Hasrul selaku Presiden BEM UNM pada Kamis (20/2).
“Indonesia Gelap” Menjadi Tajuk Demonstrasi Mahasiswa
Tajuk “Indonesia Gelap” yang diangkat dalam aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) mencerminkan bentuk kritik terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang mereka anggap semakin memburuk di bawah pemerintahan saat ini.
Istilah “gelap” dalam konteks ini dapat diinterpretasikan sebagai metafora untuk menggambarkan ketidakjelasan arah kebijakan pemerintah, meningkatnya ketimpangan sosial, atau beragam permasalahan nasional yang dirasakan oleh masyarakat.
Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok intelektual dan agen perubahan juga mengaku merasakan dampak tersebut.
Berdasarkan informasi yang beredar, aksi ini berfokus pada kebijakan-kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang tidak berpihak kepada rakyat atau justru menimbulkan keresahan di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas.
Beberapa isu yang menjadi pemicu demonstrasi ini antara lain:
1. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok
Mahasiswa menyoroti kebijakan ekonomi yang berdampak langsung pada daya beli masyarakat, seperti meningkatnya harga bahan pokok yang nampak memberatkan rakyat kecil.
2. Krisis Energi atau Pemadaman Listrik
Istilah “Indonesia Gelap” juga berkaitan dengan permasalahan ketersediaan listrik di beberapa wilayah. Jika terdapat pemadaman listrik yang meluas dan berkepanjangan, mahasiswa mungkin menganggap hal ini sebagai kegagalan pemerintah dalam memastikan kebutuhan dasar masyarakat.
3. Otoritarianisme dan Pembungkaman Kebebasan Berpendapat
Beberapa aksi demonstrasi mahasiswa sebelumnya kerap menyoroti pengekangan kebebasan akademik dan kebebasan berbicara di ruang publik. Jika pemerintah menerapkan regulasi atau kebijakan yang membatasi suara kritis, maka mahasiswa akan menanggapinya sebagai ancaman terhadap demokrasi.
4. Persoalan Pendidikan dan Kesejahteraan Mahasiswa
Kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), kebijakan yang tidak berpihak pada pendidikan gratis, atau kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan mahasiswa juga sering menjadi bahan tuntutan dalam aksi-aksi unjuk rasa.
Meskipun tajuk “Indonesia Gelap” memiliki makna yang luas, demo mahasiswa UNM ini menjadi bentuk ekspresi atas kekecewaan. Mereka merasa kondisi sekarang tidak sesuai dengan prinsip keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.