AS Serang Iran, Calon TKI di Arab Baiknya Berangkat Tidak ya?

Calon TKI di Arab Berangkat Tidak ya?

Ketikmedia.com  – Calon TKI di Arab berangkat tidak ya? Belum lama ini, militer Amerika Serikat melancarkan serangkaian serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran. Ketiga fasilitas tersebut, Fordow, Natanz, dan Isfahan diserang dengan menggunakan bom “bunker buster” dan rudal Tomahawk sebagai bagian dari Operation Midnight Hammer.

Iran menyebut serangan ini sebagai aksi agresi ilegal yang melanggar hukum internasional. Mereka juga menyatakan siap membalas termasuk kemungkinan menggunakan rudal Balistik terhadap aset AS serta dukungan dari milisi aliansi di wilayah sekitarnya.

Di tengah hiruk pikuk persoalan geopolitik tersebut, tak sedikit warga Indonesia yang harap-harap cemas. Ada keluarga-keluarga TKI yang khawatir dengan nasib sanak saudaranya, dan ada pula calon TKI yang bingung apakah mereka sebaiknya tetap pergi ke Arab atau tidak.

TKI Indonesia di Timur Tengah

Berdasarkan data International Organization for Migration (IOM), sekitar 60 persen pekerja migran Indonesia berada di kawasan Timur Tengah, dengan konsentrasi terbesar di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Yordania. Sebagian besar dari pekerja migran tersebut adalah perempuan muda berpendidikan rendah yang bekerja di sektor domestik dan keperawatan. Beberapa di antaranya bahkan memulai kontrak kerja di usia di bawah 21 tahun.

Situasi geopolitik yang memanas di kawasan ini berpotensi menciptakan risiko tersendiri bagi para TKI. Terlebih lagi bila Iran benar-benar menyerang aset Amerika yang banyak tersebar di negara-negara Teluk sebagaimana yang mereka janjikan. Bukan tak mungkin, konflik menyebar ke negara-negara tempat TKI bekerja yang memang memiliki perjanjian khusus dengan AS.

Baca Juga:  Akibat Kecelakaan Helikopter, Presiden Iran Meninggal Dunia

Calon TKI di Arab Berangkat Tidak ya? Ini Resikonya

Bagi calon TKI sendiri, pertanyaan besar yang muncul saat ini adalah: apakah mereka sebaiknya tetap berangkat ke negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Qatar? Atau, sebaiknya menunda dulu keberangkatan sampai situasi mereda?

Di satu sisi, negara-negara Arab khususnya yang tergabung dalam GCC masih menawarkan gaji yang menggiurkan. Di tengah gelombang PHK besar-besaran di dalam negeri, tentu mendapat pekerjaan di Arab merupakan impian bagi sebagian orang. Namun di sisi lain, risiko keamanan yang tinggi serta persoalan perlindungan hukum yang belum sepenuhnya memadai harus menjadi pertimbangan serius.

Kementerian Luar Negeri RI sendiri telah menetapkan status siaga dan mengeluarkan imbauan penundaan perjalanan ke negara-negara Timteng seperti Iran, Israel, Suriah, Lebanon, dan Yaman. Walaupun belum ada peringatan eksplisit terkait negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, namun ketidakstabilan kawasan bisa saja meningkatkan sewaktu-waktu.

Calon TKI di Arab juga perlu menyadari bahwa rencana pencabutan moratorium pengiriman pekerja migran ke beberapa negara di Timur Tengah membawa konsekuensi yang kurang mengenakkan. Pasalnya bila skema perlindungan yang baru tidak cukup kuat atau implementasinya masih lemah, maka TKI berpotensi kembali terjebak dalam situasi rawan, seperti yang pernah terjadi sebelum moratorium berlaku.

Singkatnya, calon TKI yang ingin bekerja di Timur Tengah perlu memahami sejumlah risiko penting. Pertama, terdapat ancaman keamanan langsung. Meskipun pekerjaan domestik relatif terlindungi, tidak menutup kemungkinan konflik meluas hingga ke area permukiman atau fasilitas umum.

Kedua, ada risiko evakuasi dan gangguan kerja. Bila eskalasi konflik meningkat, negara tempat bekerja dapat memulangkan WNI secara tiba-tiba, yang berarti kontrak kerja bisa putus dan gaji tidak terbayarkan.

Baca Juga:  Tertarik? Gaji Dosen di Jepang 1 Milyar, Biaya Hidup 20 Juta

Ketiga, situasi krisis juga meningkatkan risiko eksploitasi. Beban kerja dan tekanan terhadap pekerja migran cenderung bertambah, termasuk potensi pemotongan gaji secara sepihak. Terakhir, terdapat keterbatasan dalam kapasitas perlindungan diplomatik. Konsulat RI di negara-negara Teluk memiliki sumber daya terbatas, sehingga akses untuk evakuasi mungkin memerlukan waktu khusus.

Pertimbangan untuk Calon TKI di Arab yang Nekat Berangkat

Kesulitan ekonomi di negeri sendiri pada akhirnya akan membuat sebagian TKI mau tak mau harus mencari sesuap nasi ke negeri-negeri rentan konflik. Bila demikian adanya, calon TKI perlu memastikan beberapa hal berikut:

  1. Pastikan menggunakan jasa PJTKI resmi yang memiliki izin dan rekam jejak baik. Jangan sampai TKI berujung ditempatkan di area dekat konflik.
  2. Menyiapkan dana darurat untuk menghadapi kemungkinan evakuasi atau perubahan kontrak mendadak.
  3. Menjalin komunikasi aktif dengan keluarga, perwakilan RI, dan organisasi seperti Migrant Care.
  4. Memantau perkembangan geopolitik regional secara berkala melalui sumber-sumber terpercaya seperti Ketikmedia.

Pikirkan Alternatif Negara Lain bagi Calon

Sebagian calon TKI memang sudah terlanjur menandatangani kontrak untuk bekerja ke negara-negara Arab. Nah, bagi yang belum terlanjur mengikuti training, tak ada salahnya mempertimbangkan alternatif negara tujuan yang lebih stabil.

Misalnya, memilih destinasi tujuan kerja ke negara-negara Asia Timur seperti Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. Meski tetap ada ancaman perang, namun situasi negara-negara Asia Timur dan Tenggara masih lebih stabil berbanding Timur Tengah. Gaji yang mereka tawarkan juga cukup tinggi.

Nah, kiranya demikian pembahasan ketikmedia.com mengenai pertimbangan apakah calon TKI di Arab berangkat atau tidak. Ringkasnya, bagi calon TKI yang terpaksa pergi, kewaspadaan harus senantiasa diutamakan. Bawa dana darurat, update berita terbaru, dan terus jaga kontak dengan Kedubes RI. Semoga artikel ini bermanfaat!

Baca Juga:  Ahli Prediksi Perang Dunia ke 3 Pecah Jika USA Salah Langkah