Angin Tornado Rancaekek, BMKG: Ini Bukan Tornado

angin tornado Rancaekek

Kemunculan angin tornado Rancaekek pada hari Rabu, 21 Februari 2024 silam berhasil menggegerkan masyarakat di seluruh Indonesia. Hal ini karena angin tersebut disinyalir sebagai angin tornado pertama yang muncul di garis khatulistiwa sepanjang sejarah.

Padahal, peristiwa ini hampir mustahil terjadi karena iklim Indonesia. Biasanya, bencana alam ini paling sering terjadi di benua Amerika, khususnya di Kanada dan Amerika Serikat. Meski terkadang angin ini juga muncul di Italia, Afrika Selatan, dan Selandia Baru.

Mengapa Angin Tornado Hampir Mustahil Muncul di Indonesia?

Pasca kejadian angin tornado Rancaekek, ada banyak orang yang bertanya-tanya tentang apakah angin tornado mungkin muncul di Indonesia atau tidak. Ternyata, secara teori di Indonesia tidak mungkin ada tornado karena letaknya yang ada di garis khatulistiwa.

Lebih jauhnya, alasan kenapa Indonesia tidak ada tornado adalah karena adanya gaya Coriolis akibat rotasi bumi yang membelokkan arah laut. Jadi, di garis khatulistiwa, hampir tidak mungkin angin hangat dan lembab bertemu dengan angin dingin dan kering.

Sedangkan, apa penyebab angin tornado muncul adalah karena pertemuan kedua jenis angin tersebut. Ketika angin hangat yang lembab bertemu dengan angin dingin yang kering, akan muncul pusaran angin besar yang dapat menyebabkan bencana tornado.

Karena itulah banyak ada orang yang menganggap jika munculnya angin tornado Rancaekek adalah pertanda bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. Ada perubahan iklim ekstrem yang sedang terjadi di bumi, dan manusia harus lebih berhati-hati akan hal ini.

BMKG Tegaskan Jika Peristiwa yang Terjadi di Rancaekek Bukan Tornado

Ternyata, setelah diselidiki dengan lebih jauh lagi, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Rancaekek bukan angin tornado pertama di Indonesia. Hal ini karena pusaran angin terlalu kecil untuk disebut tornado.

Baca Juga:  Tsunami Hantam Ishikawa, Rusia dan Korea Juga Terdampak

Pada umumnya, tornado di Amerika memiliki kekuatan di atas 70 km per jam. Sedangkan, angin tornado Rancaekek yang terjadi pada hari Rabu siang hanya berkekuatan 36,8 km per jam. Sehingga, ini adalah angin puting beliung dan bukan tornado. 

Hal ini disampaikan oleh Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu. Menurutnya jika memang benar angin tornado Rancaekek terjadi, mobil-mobil juga akan ikut terangkat karena kekuatan angin yang sangat besar, namun hal itu tidak terjadi.

“Menurut catatan real data dari alat kami yang ada di Jatinangor, kekuatannya 36,8 km per jam,” jelas Teguh Rahayu. 

Karena datanya sudah ada, Rahayu berharap jika perdebatan tentang apakah angin yang berhembus di Rancaekek itu angin tornado atau puting beliung. Sebab, sudah jelas angin tersebut termasuk puting beliung berdasarkan catatan real data yang ada.

Meskipun begitu, angin puting beliung di Rancaekek ini memang termasuk pusaran angin terbesar yang pernah singgah ke daerah perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang tersebut. Jadi, sangat wajar jika warga merasa panik saat fenomena ini terjadi. 

Kronologi Angin Puting Beliung di Rancaekek 

Akibat pusaran angin yang menerjang Rancaekek, setidaknya ada 534 bangunan yang mengalami kerusakan. Kerusakannya pun bervariasi, ada yang berat dan ada yang ringan. Hingga saat ini, ada sekitar 33 orang korban tornado Rancaekek yang luka-luka.

Selain itu, ada sekitar 835 keluarga yang mendapatkan dampak buruk dari fenomena angin ini. Rumah mereka pun rusak dan rubuh, dengan kerugian yang mencapai jutaan rupiah. Hal ini karena angin yang merobohkan pohon-pohon dan mengangkat material rumah.

Solihin, salah satu warga terdampak menjelaskan bagaimana kronologi angin tersebut muncul. Pada awalnya, warga sekitar menganggap awan hitam yang muncul adalah asap akibat kebakaran, namun ternyata itu adalah angin puting beliung.

Baca Juga:  Jalan Tertutup Akibat Longsor di Tana Toraja, Aktivitas Lumpuh

Karena panik, Solihin segera masuk ke dalam rumah beserta seluruh keluarganya. Mereka menggunakan helm dan baju pelindung dan diam di pojokan rumah. Saat itu, genteng dan beberapa komponen rumah lain banyak yang terbang terbawa angin.

“Suaranya seperti helikopter. Saya terus diam di dalam dan gak keluar (selama angin puting beliung lewat), eh saat keluar semuanya sudah hancur,” jelas Solihin.

Tidak hanya Solihin, warga Rancaekek lain bernama Empu pun mengalami hal sama saat angin puting beliung tersebut menerjang rumahnya. Tepat setelah angin hilang, hujan pun muncul dan membanjiri rumahnya yang bocor akibat gentengnya terbawa angin. 

“Semuanya basah akibat hujan, dari kasur sampai sofa, jadi gak ada tempat buat tidur,” tambah Empu dalam keterangannya.

Menurutnya, ini adalah angin puting beliung terbesar yang pernah dialaminya, sehingga rasanya seperti sedang kiamat. Bukan hanya Empu, namun ada banyak warga Rancaekek yang berpikiran sama sepertinya. 

Meskipun fenomena angin tornado Rancaekek ternyata merupakan angin puting beliung, namun skalanya memang tidak biasa. Biasanya, Indonesia hanya mengalami angin puting beliung mikro dengan durasi singkat, tidak sebesar yang di Rancaekek. Semoga informasi dari penulis Ketik Media bermanfaat.