Dalam beberapa bulan belakangan, Tana Toraja tengah diterpa oleh banyak bencana alam, khususnya tanah longsong. Hingga hari Jumat tanggal 19 April 2023 sudah ada 41 kejadian. Ini termasuk kejadian di Dusun Palangka yang membuat 22 rumah terdampak longsor.
Hal ini membuat jumlah rumah rusak akibat longsor di Tana Toraja semakin membludak. Dengan bertambahnya 22 rumah, kini sudah ada 153 rumah yang rusak akibat 41 longsor di Tana Toraja yang terjadi hanya dalam waktu beberapa bulan saja.
Pemerintahan Daerah Upayakan Proses Relokasi Pasca Longsor
Berkaitan dengan kejadian bencana longsor di Tana Toraja, khususnya yang baru saja terjadi di Dusun Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, pemerintah upayakan proses relokasi. Hal ini karena kondisi tanah yang tidak layak dan rentan mengalami longsor.
Hal ini disampaikan langsung oleh Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, yang menganggap jika relokasi korban longsor di Tana Toraja adalah hal yang mendesak. Terutama karena ada 22 rumah terdampak longsor di Dusun Palangka dan ratusan rumah lainnya.
Theofilus pun memberi amanat kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy untuk segera melakukan relokasi. Dia menyampaikannya di rapat koordinasi pasca bencana pada Jumat, 19 April 2024.
“Ada 22 rumah terdampak longsor di Tana Toraja yang memerlukan relokasi, dan ini sifatnya sangat mendesak karena mereka pasti merasa terancam,” jelas Theofilus.
Hal ini sehubungan dengan pendapat Muhadjir Effendy yang menyatakan jika tanah di Dusun Palangka Kelurahan Manggau tidak layak sebagai pemukiman. Dia menyampaikan ini dalam kunjungan kerjanya ke lokasi terdampak longsor di Tana Toraja.
Karena ketidak layakan tanah, Muhadjir Effendy pun meminta masyarakat sekitar untuk bersedia direlokasi ke tempat yang lebih aman. Sebab bencana tanah longsor bisa kembali datang kapan saja, bahkan saat mereka lengkah, dan bisa mengancam nyawa mereka.
“Saya sudah bicara ke Bupati untuk upaya relokasi karena tanahnya tidak aman, jadi jangan ambil risiko,” jelas Muhadjir.
Pemerintah Pusat Akan Siapkan Anggaran untuk Relokasi
Selain kesediaan masyarakat sekitar untuk relokasi 22 rumah terdampak longsor di Dusun Palangka, pemerintah pusat dan daerah pun perlu bersiap. Hal ini karena upaya relokasi membutuhkan tanah dan biaya pembangunan yang jelas tidak akan murah.
Berdasarkan penuturan Theofilus, kini Pemerintah Daerah (Pemda) sudah siap untuk mencari lahan yang lebih aman agar relokasi 22 rumah terdampak longsor bisa berjalan dengan aman. Lahannya pun harus tepat untuk mengurangi potensi longsor Tana Toraja.
Namun, Pemda tidak bisa mengupayakan relokasi ini sendirian karena anggaran APBD yang memang terbatas. Karena itu, Pemda Tana Toraja pun meminta bantuan kepada pusat untuk menyediakan anggaran agar upaya relokasi bisa berjalan dengan lancar.
Selain anggaran, Bupati Tana Toraja juga meminta bantuan pengadaan alat berat untuk mempermudah evakuasi longsor yang kini sering terjadi di Tana Toraja. Hal ini mengingat Pemda hanya memiliki alat berat yang terbatas dan tidak memenuhi kebutuhan.
Lalu, ada beberapa alat evaluasi lain yang dibutuhkan oleh Pemda Tana Toraja karena situasi rawan longsor yang sedang terjadi sekarang. Beberapa di antaranya adalah kendaraan rescue, alat komunikasi, dan light tower yang akan sangat berguna saat proses evakuasi.
Bencana Tanah Longsor di Tana Toraja Sudah Memakan Puluhan Jiwa
Seperti apa yang sudah diketahui, ada sekitar 41 kejadian tanah longsor yang menimpa Kabupaten Tana Toraja dalam beberapa bulan belakangan. Namun, yang paling parah terjadi di Dusun Pangrara dan Dusun Palangka pada hari Sabtu, 13 April 2024 silam.
Karena bencana tersebut datang pada malam hari, tanah longsor di dua lokasi tersebut menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Setidaknya, ada sekitar 20 korban yang meninggal dunia akibat kejadian ini. Lalu, ada juga korban luka-luka sebanyak 4 orang.
Jumlah korban jiwa paling banyak datang dari Desa Palangka Kecamatan Makale dengan total korban meninggal sebanyak 16 orang. Sedangkan dari Dusun Pangra’ta Kecamatan Makale Selatan, ada 4 orang yang meninggal dunia akibat tanah longsor kali ini.
Bahkan, Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung pun menganggap jika ini adalah tanah longsor terburuk yang terjadi di daerahnya selama 20 tahun terakhir. Jadi, pemerintah memang harus segera turun tangan agar tidak ada kejadian serupa di kemudian hari.
Karena itu, warga sekitar harus setuju dalam upaya relokasi ke tempat yang lebih aman yang dicanangkan oleh pemerintah. Mereka pun tidak perlu khawatir karena anggaran akan ditanggung oleh pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Rencana relokasi 22 rumah terdampak longsor adalah program yang mendesak dan harus segera dilakukan dalam waktu dekat. Terlebih karena musim hujan masih belum usai, sehingga kemungkinan tanah longsor berulang hingga kini masih sangat besar.